Laman

Jumat, 10 April 2015

KATA-KATA KOTOR DAN KASAR (defimisme) ANAK SEKOLAH DASAR SEBAGAI SARANA PELUAPAN EMOSI

Peran bahasa sangat penting dalam pendidikan anak. bahkan bisa dikatakan sebagai peran kunci.bahasa adalah jembatan untuk mentransfer pemikiran. bahasa adalah alat untuk mengkomun ikasikan apa yang tersimpan dalam akal. ketika anak  mampu berbahasa baik, maka ia akan bisa lebih cepat mentransfer pemikiran yang diajarkan. Dia akan mampu menangkap kedalaman makna dan ketepatannya. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan dasar. Dari kemampuan berbahasa ini, kita bisa meningkatkan kompetensi ilmu. Misalnya Matematika, Sains, Teknologi, dll. Namun pelajaran berbahasa ini tidak sekedar hanya dijadikan teori untuk diajarkan, tetapi keberhasilannya apabila dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari
Meskipun dengan landasan filosofis yang mungkin berbeda-beda, pada umumnya kebanyakan ahli berpandangan bahwa anak dimana pun juga memperoleh bahasa ibunya dengan memakai strategi yang sama. kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan nerologi manuasia tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. di samping itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang universal (Dardjowidjojo, 2008:243-244)
Seperti yang kita ketahui, anak adalah sebuah  mutiara hati milik orang tua. Apapun yang dimiliki akan dikorbankan untuk anak tercinta demi masa depan yang penuh harapan.
Tetapi, apakah yang dapat dilakukan orang tua untuk anaknya? Terkadang orang tua tidak mempedulikan pola perkembangan anak dan tidak memberikan contoh yang baik bagi mereka padahal orang tua adalah cerminan bagi anak dalam menjalani kehidupan. Anak-anak cenderung menirukan tingkah laku orang tuanya dalam berpikir, berbicara, berbuat, serta bersosialisasi di tengah masyarakat.
Selain bertingkah laku, seorang anak mendapatkan pembelajaran tentang pemerolehan bahasa yang mana dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya. Adapun 3 teori yang mengajarkan tentang pemerolehan bahasa bagi anak yang dihubungkan dengan psikologi, yaitu :
1.      Teori pemerolehan bahasa yang behavioristik
Menurut teori ini, seorang anak tidak mempunyai struktur linguistik yang dibawa sejak lahir. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa. Bahkan Brown (1980) dalam Principles of Language Learning and Teaching mensinyalir bahwa anak yang lahir di dunia diibaratkan kain putih tanpa catatan-catatan. Lingkungannyalah yang akan membentuknya, yang secara perlahan-lahan dikondisikan oleh lingkungan dan pengukuran terhadap tingkah lakunya. Pengetahuan dan ketrampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Orang tua sebaiknya  menjaga, mengajarkan dan menanamkan pola bahasa yang baik untuk anak-anaknya, jika orang tua berkata baik, anak-anaknya juga akan berkata baik juga. Lain halnya jika orang tua berkata tidak baik, anak-anaknya juga akan  menirukan perkataan orang tuanya yang tidak baik itu. Begitu juga orang tua harus pandai-pandai mengawasi anak-anaknya dalam bergaul dengan lingkungan luar yang dapat menanamkan pola bahasa baru dalam kehidupannya, baik pola bahasa yang baik dan benar ataupun pola bahasa yang buruk.
2.      Teori pemerolehan bahasa yang mentalistik
Teori ini kadang-kadang dioposisikan dengan teori pemerolehan bahasa yang behavioristik. Dalam pandangan teori ini anak yang lahir ke dunia sudah membawa kapasitas atau potensi bahasa. Kapasitas atau potensi bahasa ini akan menentukan struktur bahasa yang akan digunakan selanjutnya, dalam hal ini ujaran anak-anak dapat dipengaruhi oleh kaidah-kaidah yang didengarnya. Kaidah-kaidah bahasa yang mereka dengar inilah yang kemudian mereka gunakan dalam berbahasa. Kita dapat mengambil contoh seperti film kartun Dora Explorer yang kerap kali ditayangkan di TV untuk anak usia 2 – 4 tahun, sebenarnya tayangan ini didasarkan pada teori behavioristik, tetapi juga sering dikaitkan dengan pemerolehan bahasa secara mentalistik karena anak telah memiliki potensi, tetapi dikembangkan oleh pengaruh lingkungan (kaidah-kaidah yang mereka dengar kemudian menirukannya). Film Dora Explorer dipercaya dapat mendukung kemampuan berbahasa anak, kata-kata yang baru, gerakan-gerakan baru yang dapat merangsang anak untuk menirukannya, sehingga dapat membantu pola perkembangan anak dalam berbahasa.
3.      Teori pemerolehan bahasa yang kognitiftik
Teori ini sebenarnya merupakan ‘sempalan’ dari teori yang mentalistik yang beranggapan bahwa kapasitas kognitif anak mampu menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman dan produksi serta komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus menerus berkembang dan berubah.

Ketiga teori tersebut secara  bersama-sama dapat dipakai untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa anak, karena masing-masing teori dibuktikan kebenarannya.
Tetapi dewasa ini, anak-anak cenderung berperilaku menyimpang karena lingkungan yang kurang memadahi. Adapun beberapa masalah yang harus diperhatikan dalam pola berperilaku dan berbahasa bagi anak, yaitu :

1.      Anak membantah orang tua
Disebabkan karena anak-anak kurang kasih sayang dan sering m endapatkan tindak kekerasan dari orang tuanya. Membantah dilakukan anak karena anak ingin membela diri dan menyatakan ketidaksetujuanya dengan hal-hal baru yang diajarkan kepada anak tersebut. Hal ini disebabkan karena kosongnya tangki sayang yang dimiliki. Bila tangki kasih sayang tersebut penuh, anak-anak cenderung lebih mau memahami, mengerti serta lebih menghayati hal-hal baru yang diajarkan kepadanya. Tangki kasih sayang yang penuh dapat mempengaruhi pola pikir anak, karena anak lebih merasa nyaman, bahagia dan mampu memahami keadaan di sekelilingnjya. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang kondusif dapat menumbuh kembangkan pola pikir, dan pola perilaku dalam kehidupannya.
2.      Anak cenderung meniru
Hal ini disebabkan karena ia belum mampu mengembangkan daya kreatifnya. Seorang anak memiliki potensi dalam berbicara, berpikir, bertingkah laku serta bersosialisasi dan masyarakat. Lingkunganlah yang membentuk ia dalam berkreatifitas dan menciptakan azas orisinilitas (Asli atau tidak meniru), tetapi seorang anak belum tahu, mana yang baik untuk ditiru atau yang tidak baik untuk ditiru. Yang baik untuk ditiru apabila hal yang ditiru tersebut dapat memicu data berpikirnya untuk berkreatifitas, adapun alasan yang dilakukan anak ketika meniru, yaitu : 1) Anak bahagia dapat memberikan kebanggaan pada temannya; 2) Anak melakukan pengamatan dan mengambil keputusan tentang seberapa besar kemampuannya meniru objek yang akan digambarnya; 3) Anak unjuk kerja dengan berpijak pada kemampuannya menghitung dan mengikuti alur gambar temannya menjadi gambarnya sendiri; 4) Anak selama proses pembuatan akan melibatkan emosinya; 5) Anak mendapat kegembiraan. Ini karena standar penilaian orang dewasa dengan anak berbeda.
Meniru juga dapat memotivasi anak untuk hidup lebih baik, seperti seorang anak meniru temannya untuk rajin belajar, karena anak tersebut ingin mendapatkan nilai yang baik seperti temannya yang rajin belajar tersebut. Tetapi ada juga alasan untuk tidak meniru, yaitu :
a.       Hal ditiru cenderung tidak sesuai dengan kepribadian anak tersebut.
b.      Hal yang ditiru belum sesuai dengan umur anak untuk menirukannya.
c.       Hal yang ditiru tidak sesuai dengan kultur budaya dimana anak tersebut dilahirkan. Hal yang ditiru membuat anak tidak dapat berusaha untuk menciptakan hal yang baru atau menciptakan kreatifitasnya sendiri dalam bentuk orisinal.
3.      Anak tidak percaya diri dalam bersosialsiasi di masyarakat
Hal ini terjadi karena anak merasa dirinya belum mampu berkompetisi dengan sesuatu di sekelilingnya. Ia  merasa lebih rendah, lebih bodoh ataupun lebih merasa tidak mampu dalam melakukan setiap pekerjaan dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya. Hal ini terjadi karena kurangnya motivasi dalam diri anak yang seharusnya dibentuk dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dukungan-dukungan orang disekitarnya serta pengalaman-pengalaman yang telah dia lakoni dapat menambah rasa percaya diri.
4.      Anak berperilaku nakal atau menyimpang
Hal ini terjadi karena anak ingin mencari perhatian orang-orang di sekelilingnya. Anak yang berperilaku nakal atau menyimpang biasanya adalah anak yang kurang kasih sayang atau perhatian dari orang tuanya. Ia ingin diperhatikan orang-orang disekitarnya dengan melakukan bebagai ulah untuk menarik perhatian orang lain, meskipun ulahnya dapat merugikan orang-orang disekitarnya. Anak berperilaku menyimpang juga dapat terjadi karena pemberian kasih sayang secara berlebihan dari orang-orang di sekelilingnya. Ia menyalahgunakan kepercayaan atau kasih sayang tersebut hanya untuk kesenangan semata tanpa berpikir panjang. Anak tersebut lebih cenderung bersifat manja karena setiap harinya ia mendapat kasih sayang yang berlebihan, setiap permintaannya dituruti, jika tidak dituruti, ia akan memberontak dan akan berperilaku menyimpang, kasar, atau nakal seperti : mengamuk, mengatai orang lain dengan tidak senonoh, dan lain-lain.
5.      Anak malas
Malas ada kondisi di mana seseorang tidak mau atau enggan untuk  mengerjakan sesuatu. Pada dasarnya anak malas adalah anak yang tidak mau melaksanakan kewajibannya sebagai anak (menyelesaikan pekerjaan rumah, belajar, membantu orang tua, dan lain-lain). Anak lebih ogah-ogahan dalam melaksanakan tanggung jawab atau tugasnya. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran yang belum tertanam dalam diri anak tersebut. Sebagai orang tua, sebaiknya harus mencari pokok permasalahan mengapa anak malas, mengapa mereka ogah-ogahan untuk mengerjakan sesuatu dan orang tua harus mencari jalan untuk memecahkan bagaimana cara menghadapi kemalasan. Adapun cara-cara untuk menghadapi kemalasan, antara lain :
a.       Tanamkan kesadaran dalam diri anak untuk menjalani hidup yang lebih baik.
b.      Jangan mudah putus asa jika tugas atau tanggung jawab yang kita kerjakan mengalami suatu kegagalan.
c.       Selalu ikhlas, bahagia, serta tidak merasa terbebani dalam menjalankan tugas atau tanggung jawab.
d.      Anggap tugas atau tanggung jawab tersebut sebagai hiburan atau permainan yang merupakan target yang menyenangkan tetapi harus tepat sasaran atau efektif dalam menyelesaikan tugas atau tanggung jawab.
e.       Selalu bersyukur atas berkat Tuhan yang melimpahkan, sehingga timbul keadaran untuk mempertanggungjawabkan berkat Tuhan tersebut menjadi suatu persembahan yang harum bagi Kemulyaan Tuhan.
6.      Anak pendiam
Anak pendiam adalah anak yang cenderung pasif dan tidak aktif dalam beraktifitas danberinteraksi dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Ia lebih memilih diam, tidak cukup peduli terhadap hal-hal yang terjadi serta menganggap semua hal atau sesuatu hal-hal yang baru adalah biasa dan tidak ada yang istimewa. Anak pendiam adalah anak yang tidak suka mengutarakan isi hatinya terhadap orang lain. Ia lebih memilih menyimpan sendiri apa yang ia rasakan dan apa yang sedang ia pikirkan. Anak pendiam adalah anak yang sulit berekspresi dalam menanggapi rangsang di sekitarnya. Ia berdiam diri karena ia menganggap bahwa ia mempunyai dunia sendiri yang lebih hebat dari pada orang lain.
7.      Anak sering berkata-kata kotor dalam berbahasa dan berperilaku sehari-hari
Anak-anak yang berkata kotor menjadi penelitian utama dalam materi pembelajaran ini. Untuk mendalami permasalahan tersebut, mari kita simak uraia di bawah ini.

Pada dasarya, manusia sejak lahir memiliki : cipta, rasa dan karsa. Untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsanya, manusia memerlukan bahasa untuk berfikir, berbuat serta bersosialisasi dengan masyarakat. Pengertian bahasa itu sendiri adalah : suatu sistem lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh tutur manusia secara bebas atau arbriter, yang tersusun dalam suatu rangkaian bunyi, yang bersifat mana suka, yaitu tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti tertentu pula. Makna atau arti sebuah kata sangat bergantung dari konvensi masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Bahasa pun  memiliki  fungsi  tersendiri, adapun fungsi tersebut antara lain :
1.      Untuk menyatakan ekspresi diri
Adapun unsur-unsur yang mendorong adanya pernyataan ekspresi diri antara lain :
a.       Keinginan untuk menarik perhatian orang lain.
b.      Keinginan untuk mebebaskan diri dari segala tekanan emosi.
2.      Untuk alat komunikasi
Yaitu mengadakan hubungan antara satu individu dengan individu lainnya, yang dapat diterima dan dipahami orang lain.
3.      Untuk mengadakan integrasi atau adaptasi sosial
Yaitu merupakan alat untuk  mengadakan ikatan antar individu-individu satu sama lain dalam suatu masyarakat.
4.      Untuk mengadakan kontrol sosial
Yaitu bahasa dapat dipergunakan untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain, baik tingkah laku yang bersifat terbuka ataupun tingkah laku yang bersifat tertutup sekalipun.

Dari pernyataan di atas kita dapat mengetahui arti dan berbagai fungsi bahasa. Tetapi dalam materi ini, fungsi bahasa lebih ditekankan pada alat ekspresi diri untuk membebaskan diri dari segala tekanan emosi. Emosi tersebut dapat diluapkan melalui bahasa dengan intonasi atau penekanan yang berbeda, contoh :
Perhatikan data berikut!
Perasaan
Intonasi yang diucapkan
Senang
Sedih
Marah
Biasa saja
Tegas, ceria, lancar dalam berbahasa
Lebih lembut, pelan, terkadang agak terbata-bata
Tegas, keras, kasar
Intonasinya datar, tidak ada penegasan yang terlalu nampak.

Dalam materi ini akan dibahas lebih spesifik tentang emosi atau ekspresi diri saat marah. Marah adalah hal yang wajar dialami oleh setiap manusia. Biasanya marah diluapkan dengan bahasa yang keras dan kasar. Bahkan pada zaman sekarang ini orang lebih suka meluapkan amarahnya dengan bahasa-bahasa yang kotor atau kasar disebut juga defimisme. Pada dahulu kala, orang yang sering meluapkan amarahnya dengan bahasa kasar adalah mayoritas orang tua. Tetapi seiring perkembangan zaman, anak-anak kecil yang duduk di bangku SD pun sudah mampu menirukan kata-kata kasar tersebut ketika ia marah atau kesal.


Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa anak-anak di bawah umur seperti anak-anak SD, dari yang berumur 6 – 13 tahun yang mayoritas anak SD kelas 1 – 6 sudah dapat mengucapkan dengan mudah perkataan-perkataan kotor dan kasar dalam berbahasa dan pergaulannya, seperti ketika ia marah, kesal, bahkan bercerita. Dari tabel tersebut kita juga dapat melihat bahwa tingkat pendidikan sebagian besar orang tua mereka adalah buta huruf, lulusan SD, SMP dan SMA, pekerjaan merekapun hanya sebatas buruh, merantau, pedagang, tukang ojek, petani, tambal ban, dan lain-lain. Disitu dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan dan jenis profesi orang tua mempengaruhi pola berbahasa dan perilaku anak terutama anak yang masih labil seperti anak SD.
Pendidikan dan profesi orang tua yang kurang meyakinkan, diduga kuat dapat mempengaruhi anak-anak mereka dalam berbahasa dan berperilaku. Adapun anak yang orang tuanya berpendidikan seperti seorang sarjana dan sarjana diploma 2, yang berprofesi sebagai guru SD dan berprofesi sebagai seorang carik, yang seharusnya mampu mendidik anaknya, jika anak mereka tidak diajari sopan santun dalam berbahasa dan pergaulan anak mereka yang tidak jelas, dapat mempengaruhi kepribadian anak tersebut.
Sebagai orang tua, hendaknya memantau dan mendidik anak-anaknya sesuai dengan umur serta kepribadian anak tersebut. Orang tua mengajari anak berbicara santun, tidak suka membantah, serta memberikan contoh yang baik bagi anak. Adapun cara-cara yang dapat membuat anak berkepribadian baik, antara lain dengan mengetahui beberapa prinsip bahasa cinta. Bahasa cinta adalah bahasa yang digunakan orang tua yang penuh cinta kasih dan sayang terhadap anaknya untuk memberikan respon positif terhadap anak, supaya anak lebih mengerti dan lebih mudah untuk menangkap atau menanggapi didikan yang diberikan oleh orang tua. Karena dengan bahasa cintalah yang merupakan salah satu jalan untuk mendidik anak dengan baik.
Bahasa cinta akan dibahas sebagai berikut :
Yang pertama adalah kata-kata pendukung.
Kata-kata pendukung. Anak yang memiliki bahasa cinta kata-kata pendukung sangat merasa dicintai bila orang tua atau orang lain mengucapkan kata-kata positif yang meningkatkan harga dirinya. Anak akan tersenyum bahagia saat mendengar kata-kata yang menyenangkan ini. Secara garis besar, kata-kata pendukung yang berarti bagi anak yang bahasa cintanya kata-kata pendukung ini terdiri atas :
1.      Kata-kata penuh kasih seperti “Mama sayang sekali dengan kamu”. Yang perlu diperhatikan adalah saat mengucapkan kata-kata penuh kasih sayang perlu dilakukan dengan nada suara yang penuh kasih dan ketulusan. Karena kalau tidak, anak akan merasa orang tuanya hanya basa-basi atau tidak tulus.
2.      Kata-kata pujian. Berikan kata-kata pujian pada anak saat anak mencapai sebuah prestasi, sikap dan perilaku baik atau berhasil  mengatasi suatu tantangan yang sulit baginya.
3.      Kata-kata yang membesarkan hati. Saat anak mengalami kegagalan, situasi yang sulit atau krisis percaya diri, kita sebagai orang tua sangatlah perlu memberikan kata-kata yang membesarkan hati atau membangkitkan semangat anak sehingga memberikan semangat dan keberanian bagi anak untuk menghadapi situasi sulit itu. Kata-kata seperti “Papa senang melihat caramu mengjadapi kekalahan ini, karena dari kegagalanlah kita belajar untuk sukses” atau “Nak, kamu adalah seseorang yang berharga dan hebat di mata papa mama. Kamu pasti akan berhasil!” adalah kata-kata yang sangat berarti bagi seorang anak yang memiliki bahasa cinta Kata-kata Pendukung.
4.      Kata-kata Bimbingan ke anak adalah menjelaskan ke anak tentang nilai-nilai moral, etika dan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan. Bagi anak-anak yang memiliki bahasa cinta ini, kata-kata bimbingan yang disampaikan dengan tepat oleh orang tua, menyuarakan Saya Peduli dan Sayang dengan Kamu. Karena bagi anak ini, orang tua pastilah sayang dengan dirinya, kalau tidak, mana mungkin mau repot-repot membimbing dan menasehati dirinya. Cara memberikan bimbingan perlu disesuaikan dengan umur anak sehingga tidak merasa sedang diceramahi orang tua. Kita sebaiknya memang perlu memastikan kita sebagai orang tua yang memasukkan nilai-nilai moral, etika dan nilai kebenaran dalam hidup anak karena jika tidak, bisa saja anak akan menerimanya dari orang lain yang bertentangan nilai hidupnya dengan kita. Dan perlu diingat, jangan membimbing dengan rasa marah atau kejengkelan karena anak akan menolak apapun yang orang tua sampaikan dan lain kali dia juga akan merasa seperti itu.
Ada hal penting yang perlu orang tua ketahui lagi yaitu jika anak memiliki bahasa cinta kata-kata pendukung maka :
·         Dia akan lebih sakit hati saat dimarahi, dikritik atau dikata-katain dengan kasar dibanding dengan anak yang memiliki bahasa cinta yang lain.
·         Sikap menyalahkan anak melukai semua anak tetapi akan lebih merusak pada anak yang bahasa cintanya Kata-kata Pendukung.
Setelah mengetahui bahasa cinta, kita dapat menyimpulkan bahwa anak yang berperilaku menyimpang disebabkan oleh satu faktor utama, yaitu orang tua. Lingkungan hanyalah sebuah keadaan pendukung  yang mendorong anak untuk berfperilaku menyimpang.
Adapun solusi untuk mengatasi semua permasalahan, antara lain :
·         Tidak ada jalan lain kecuali orang tua perlu meningkatkan kesadaran dirinya dan lebih sehat secara emosional sehingga mampu berespon lebih terkontrol dan bijaksana. Gunakan CD terapi orang tua jika diperlukan.
·         Dan jika orang tua sudah terlanjur berkata-kata kasar atau bersikap menyalahkan pada anak , orang tua harus minta maaf pada anak. Hal ini sangat berarti bagi anak.




DAFTAR PUSTAKA


massofa.wordpress.com atau 2008/11/ 19
kafeilmu.co.cc/2008/2007
mradi.com
akar.bhs.blogspot.com
iwanfauzi.wordpress.com
osdir.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar