PENDAHULUAN
Negara
Indonesia
mempunyai beribu-ribu pulau sehingga memunculkan kebhinekaan di berbagai aspek
sosial dan budaya. Salah satunya adalah keragaman bahasa daerah. Bila kita
cermati kita bisa mendapati ribuan bahasa daerah yang menjadi kekayaan bangsa
kita mulai dari sabang sampai merauke.
Status
yang dimaksud dalam pengertian di atas bisa berupa status daerahnya, sosialnya,
atau pendidikannya. Dilihat dari status daerahnya, kita akan mengetahui bahwa
si pemakai bahasa berasal dari daerah tertentu. Dilihat dari status sosialnya
kita dapat mengetahui ia berasal dari kalangan bawah, menengah, atau atas.
Selain itu dilihat dari bahasanya kita bisa mengetahui ia seorang yang
berpendidikan atau tidak.
Mengingat bahwa
bahasa daerah sangat banyak dan
beragam maka masalah dialektika di Indonesia penting untuk dikaji.
Pengkajian dialektika dapat
dipelajari melalui dialektologi. Hal
inilah yang mendasari penulisan makalah tentang dialektologi ini. Adapun fokus
makalah ini adalah mengenai cara kerja dialek.
PEMBAHASAN
Dialektologi
‘ilmu tentang dialek’ adalah cabang ilmu pengetahuan bahasa yang secara
sistematis menangani berbagai kajian yang berkenaan dengan distribusi dialek atau variasi bahasa dengan
memperhatikan factor geografi, politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Dialektologi juga sering disebut sebagai geographical
linguistics, geolinguistics, areal linguistics.
Kajian
dialektologi melandaskan diri pada bukti-bukti linguistis berupa data variasi
bahasa yang dikumpulkan secara spasial. Penelitian empiris secara spasial
memungkinkan para ahli dialektologi untuk mengumpulkan data variasi bahasa
secara simultan dari berbagai wilayah dan juga dari berbagai tataran
kebahasaan.
Objek
kajian dialektologi dapat berasal dari berbagai sumber berupa bahasa lisan dan
bahasa tulis, baik yang berada di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Data yang
terkumpul dipetakan agar distrubusi variasi kebahasaan dapat tervisualkan.
Selanjutnya, setiap peta bahasa dibubuhi isoglos ‘garis imajiner yang
menyatukan wilayah yang menggunakan variasi bahasa yang sama’ dan isoglos itu
ditumpuk menjad berkas isoglos yang akan memperlihatkan batas bahasa atau
dialek. Analisis yang dilakukan dapat terfokus pada satu tataran saja atau
mencakup semua tataran kebahasaan seperti fonologi, morfologi, leksikal,
semantik, sintaksis, dan wacana.
Gambaran
umum mengenai sejumlah dialek baru akan nampak jelas jika semua gejala
kebahasaan yang ditampilkan dari bahan yang terkumpul selama penelitian itu
dipetakan, yang disebut peta bahasa. Kedudukan
dan peranan peta bahasa dalam kajian geografi dialek sangat mutlak diperlukan,
karena akan tampak perbedaan maupun persamaan yang terdapat di antara
dialek-dialek yang diteliti itu.
Di
samping peta bahasa, diperlukan pula Dialektometri yaitu ukuran secara
statistik yang dipergunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan
yang terdapat di tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah
bahan yang terkumpul.
Untuk
menunjang keberhasilan penelitian diperlukan metode yang tepat yang bisa
digunakan dalam objek penelitian dan bisa sesuai dengan medan yang diteliti. Agar pelaksanaan metode
itu dapat mencapai hasil maksimal, harus diperhitungkan adanya tiga faktor yang menentukan nilai ilmiah metode itu.
Ketiga factor tersebut adalah daftar tanyaan, pembahan, dan alat tulis fonetik.
Metode ini dikenal sebagai Metode Pupuan
Sinurat
Disamping
metode itu, ada metode lain yang disebut Metode
Pupuan Lapangan. Di dalam pelaksanaannya metode ini dianggap jauh lebih
tinggi nilai ilmiahnya, tetapi tetap menimbulkan pertikaian pendapat diantara
para peneliti. Perbedaan pendapat tersebut
berkisar pada masalah pemupu
(pengangket), pembahan, daftar tanyaan, dan tempat yang diteliti.
Pengumpulan bahan yang mempergunakan metode pupuan lapangan mengenal dua cara,
yaitu pencatatan langsung dan perekaman.
Tahap
berikutnya untuk melaksanakan penelitian dengan metode pupuan lapangan perlu
dilakukan coba uji. Coba uji
dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh kepastian apakah daftar tanyaan yang
disusun sudah sepenuhnya cocok ataukah tidak. Coba uji seyogyanya dilakukan di
daerah yang akan diteliti, baik penelitian yang akan mempergunakan metode
pupuan sinurat maupun mempergunakan metode pupuan lapangan. Untuk metode pupuan
lapangan, coba uji juga sangat berguna untuk menentukan cara atau teknik apa
yang akan dipakai selama pengumpulan bahan kajian yang sesungguhnya nanti.
PENUTUP
Kajian dialektologi dianggap dapat membantu
mengimbangi kelangkaan sumber daya manusia
yang berminat menangani keragaman bahasa, sekurang-kurangnya mengatasi
keterbatasan tenaga, waktu, sarana, dan dana. Selain itu, peneliti juga berkesempatan
untuk berkomunikasi langsung dengan penduduk setempat sehingga mendapat
gambaran umum mengenai variasi bahasa sambil mengamati kondisi politik,
ekonomi, dan sosial budaya setempat, termasuk informasi mengenai kondisi
lingkungan geografis tempat bahas itu dituturkan. Dengan demikian, kajian
dialektologi sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi kebahasaan yang
multilingual seperti di Indonesia.
Untuk
peneraapan geografi dialek di Indonesia ,
metode pupuan lapangan mungkin lebih tepat digunakan daripada metode pupuan
sinurat, karena keadaan masyarakat dan alam lingkungannya. Kelemahan atau
kerugian metode pupuan lapangan ini disebabkan tidak semua peneliti dapat
melakukan metode itu, kecuali yang mempunyai fisik kuat terhadap medan yang cukup luas ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT
Lander. 2007. Pesona Bahasa (Langkah awal memahami linguistik) . Jakarta :
Gramadia Pustaka Utama.
Ayatrohaedi.
1979. Dialektologi . Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar