Laman

Jumat, 10 April 2015

DIALEKTOLOGI DAN CARA KERJANYA

PENDAHULUAN

Negara Indonesia mempunyai beribu-ribu pulau sehingga memunculkan kebhinekaan di berbagai aspek sosial dan budaya. Salah satunya adalah keragaman bahasa daerah. Bila kita cermati kita bisa mendapati ribuan bahasa daerah yang menjadi kekayaan bangsa kita mulai dari sabang sampai merauke.
Ada peribahasa yang berbunyi “Bahasa menunjukkan Bangsa” yang bisa kita artikan bahwa logat atau dialek seseorang dapat kita ketahui dari daerah mana atau suku bangsa apa ia berasal. Hal ini bisa membuktikan bahwa dialektika bisa menunjukkan status seseorang.
Status yang dimaksud dalam pengertian di atas bisa berupa status daerahnya, sosialnya, atau pendidikannya. Dilihat dari status daerahnya, kita akan mengetahui bahwa si pemakai bahasa berasal dari daerah tertentu. Dilihat dari status sosialnya kita dapat mengetahui ia berasal dari kalangan bawah, menengah, atau atas. Selain itu dilihat dari bahasanya kita bisa mengetahui ia seorang yang berpendidikan atau tidak.
Mengingat  bahwa  bahasa daerah  sangat banyak dan beragam maka  masalah dialektika di Indonesia penting untuk dikaji. Pengkajian dialektika dapat dipelajari melalui dialektologi. Hal inilah yang mendasari penulisan makalah tentang dialektologi ini. Adapun fokus makalah ini adalah mengenai cara kerja dialek.

PEMBAHASAN
Dialektologi ‘ilmu tentang dialek’ adalah cabang ilmu pengetahuan bahasa yang secara sistematis menangani berbagai kajian yang berkenaan dengan distribusi  dialek atau variasi bahasa dengan memperhatikan factor geografi, politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dialektologi juga sering disebut sebagai geographical linguistics, geolinguistics, areal linguistics.
Kajian dialektologi melandaskan diri pada bukti-bukti linguistis berupa data variasi bahasa yang dikumpulkan secara spasial. Penelitian empiris secara spasial memungkinkan para ahli dialektologi untuk mengumpulkan data variasi bahasa secara simultan dari berbagai wilayah dan juga dari berbagai tataran kebahasaan.
Objek kajian dialektologi dapat berasal dari berbagai sumber berupa bahasa lisan dan bahasa tulis, baik yang berada di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Data yang terkumpul dipetakan agar distrubusi variasi kebahasaan dapat tervisualkan. Selanjutnya, setiap peta bahasa dibubuhi isoglos ‘garis imajiner yang menyatukan wilayah yang menggunakan variasi bahasa yang sama’ dan isoglos itu ditumpuk menjad berkas isoglos yang akan memperlihatkan batas bahasa atau dialek. Analisis yang dilakukan dapat terfokus pada satu tataran saja atau mencakup semua tataran kebahasaan seperti fonologi, morfologi, leksikal, semantik, sintaksis, dan wacana.
Gambaran umum mengenai sejumlah dialek baru akan nampak jelas jika semua gejala kebahasaan yang ditampilkan dari bahan yang terkumpul selama penelitian itu dipetakan, yang disebut peta bahasa. Kedudukan dan peranan peta bahasa dalam kajian geografi dialek sangat mutlak diperlukan, karena akan tampak perbedaan maupun persamaan yang terdapat di antara dialek-dialek yang diteliti itu.
Di samping peta bahasa, diperlukan pula Dialektometri yaitu ukuran secara statistik yang dipergunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat di tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul.
Untuk menunjang keberhasilan penelitian diperlukan metode yang tepat yang bisa digunakan dalam objek penelitian dan bisa sesuai dengan medan yang diteliti. Agar pelaksanaan metode itu dapat mencapai hasil maksimal, harus diperhitungkan adanya tiga faktor  yang menentukan nilai ilmiah metode itu. Ketiga factor tersebut adalah daftar tanyaan, pembahan, dan alat tulis fonetik. Metode ini dikenal sebagai Metode Pupuan Sinurat
Disamping metode itu, ada metode lain yang disebut Metode Pupuan Lapangan. Di dalam pelaksanaannya metode ini dianggap jauh lebih tinggi nilai ilmiahnya, tetapi tetap menimbulkan pertikaian pendapat diantara para peneliti. Perbedaan pendapat tersebut  berkisar pada masalah pemupu  (pengangket), pembahan, daftar tanyaan, dan tempat yang diteliti. Pengumpulan bahan yang mempergunakan metode pupuan lapangan mengenal dua cara, yaitu pencatatan langsung dan perekaman.
Tahap berikutnya untuk melaksanakan penelitian dengan metode pupuan lapangan perlu dilakukan coba uji. Coba uji dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh kepastian apakah daftar tanyaan yang disusun sudah sepenuhnya cocok ataukah tidak. Coba uji seyogyanya dilakukan di daerah yang akan diteliti, baik penelitian yang akan mempergunakan metode pupuan sinurat maupun mempergunakan metode pupuan lapangan. Untuk metode pupuan lapangan, coba uji juga sangat berguna untuk menentukan cara atau teknik apa yang akan dipakai selama pengumpulan bahan kajian yang sesungguhnya nanti.

PENUTUP
 Kajian dialektologi dianggap dapat membantu mengimbangi kelangkaan sumber daya manusia  yang berminat menangani keragaman bahasa, sekurang-kurangnya mengatasi keterbatasan tenaga, waktu, sarana, dan dana. Selain itu, peneliti juga berkesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan penduduk setempat sehingga mendapat gambaran umum mengenai variasi bahasa sambil mengamati kondisi politik, ekonomi, dan sosial budaya setempat, termasuk informasi mengenai kondisi lingkungan geografis tempat bahas itu dituturkan. Dengan demikian, kajian dialektologi sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi kebahasaan yang multilingual seperti di Indonesia.
Untuk peneraapan geografi dialek di Indonesia, metode pupuan lapangan mungkin lebih tepat digunakan daripada metode pupuan sinurat, karena keadaan masyarakat dan alam lingkungannya. Kelemahan atau kerugian metode pupuan lapangan ini disebabkan tidak semua peneliti dapat melakukan metode itu, kecuali yang mempunyai fisik kuat terhadap medan yang cukup luas ini.



DAFTAR PUSTAKA
Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lander. 2007. Pesona Bahasa (Langkah awal   memahami linguistik) . Jakarta: Gramadia Pustaka Utama.
Ayatrohaedi. 1979. Dialektologi . Jakarta: Pusat  Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar