BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU
No.20 Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan mengandung pengertian
suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang
lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan
pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik
tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak
hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek
intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang
dikembangkan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam
pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan
informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan
kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki
oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan
berpartisipasi aktif di era global.
Perkembangan era globalisasi sekarang ini telah berdampak
pada perubahan segala aspek kehidupan. Mulai dari aspek ekonomi, budaya, hingga
yang terlihat jelas ialah pada aspek sosial. Seiring dengan meningkatnya
perkembangan zaman, sikap sosial masyarakat Indonesia saat ini telah banyak
mengalami perubahan. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan juga
terjadi pada anak-anak usia dini. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh semakin
luasnya pengaruh budaya asing yang berkembang di Indonesia saat ini melalui
berbagai macam sumber.
Anak-anak usia dini, khususnya anak Sekolah Dasar pada
umumnya merupakan objek yang paling mudah terkena pengaruh-pengaruh dari luar,
baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sehingga perlu adanya
keterlibatan antara pihak keluarga, sekolah dan juga lingkungan untuk
membimbing, mendampingi, serta mengawasi setiap perkembangan sikap sosial pada
anak. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perubahan sikap sosial dan
mental anak selama anak berada di lingkungan keluarga. Begitu juga dengan guru,
hendaknya selalu membimbing dan mengarahkan anak didiknya menuju hal-hal yang
positif. Pembentukan sikap sosial dasar pada anak bisa ditanamkan melalui
pengamalan terhadap mata pelajaran tertentu yang berkaitan dengan aspek
kehidupan sosial. Misalnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang berisi
kajian-kajian konsep dasar IPS. Sehingga anak dapat mengembangkan sikap-sikap
sosial dalam hidup bermasyarakat berawal dari sikap sosial dasar yang telah
dikembangkan sejak usia dini.
B. Rumusan
Masalah
Adapun permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah apakah pembelajaran IPS SD dapat menjadikan
warga negara yang baik?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran IPS SD dapat menjadikan
warga negara yang baik.
D. Manfaat
1. Bagi Guru
Dapat
mengetahui peran pembelajaran IPS SD dalam menjadikan warga negara yang
baik.
2. Bagi Siswa
Siswa lebih mencintai pelajaran IPS
sehingga mereka lebih giat mempelajari dan
mengamalkan pembelajaran IPS dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Bagi Sekolah
Situasi dan kondisi sekolah menjadi
lebih kondusif karena siswa lebih tertib
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pengertian IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial
(IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi
di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam
kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti
Australia dan Amerika Serikat.
Namun pengertian IPS di tingkat
persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di
sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS
untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang
berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri
sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau
disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari pendekatan yang
diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.
Pengertian IPS merujuk pada kajian
yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi
manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas
manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa
depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan
aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain
itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam
menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia
memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS
adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial
sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya,
2006)
Terdapat perbedaan yang esensial
antara IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social sciences) dengan pendidikan IPS
sebagai social studies. Jika IPS lebih dipusatkan pada pengkajian ilmu murni
dari berbagai bidang yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial (social sciences)
atau dalam kata lain IPS adalah sebagai wujudnya. Setiap disiplin ilmu yang
tergabung dalam ilmu-ilmu sosial berusaha untuk mengembangkan kajiannya sesuai
dengan alur keilmuannya dan menumbuhkan “body of knowledge”.
B. Tujuan
Dan Karakteristik Pembelajaran IPS
Sebagai bidang pengetahuan dan sejarah IPS
yang memiliki delapan tujuan sebagai berikut:
1.
IPS mempersiapkan siswa
untuk studi lanjut dibidang sosial science, mata pelajaran seperti sejarah,
geografi, ekonomi, dan antropologi budaya haruslah diberikan lepas-lepas
sebagai vak tersendiri. Mata pelajaran IPS yang terpecah-pecah tadi tak
memerlukan usaha peramuan bagian-bagian dari mata pelajaran lain
2.
IPS hakikatnya merupakan
suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas.Sebagai suatu penyederhanaan dan
penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial, dengan kemampuan dan daya tangkap.
3. IPS yang mempelajari closed
areas atau masalah-masalah sosial yamg pantas untuk dibicarakan dimuka
umum. Bahannya menyangkut macam-macam misalnya ekonomi, pengetahuan sampai
politik dadi sosial sampai kultural. Biar berlatih berpikir demokrat.
4.
IPS yang bertujuan mendidik kewarganegaraan
yang baik. Dalam konteks budaya melalui pengolahan secara ilmiah dan
psikologis yang tepat.
5.
Menurut pedoman khusus
Bidang Studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi dipilih.
Kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah kepada 2 hal.
a.
Nilai-nilai dan sikap
hidup yang dikandung oleh pancasila atau UUD 1945 secara dasar dan intersif
ditanamkan kepada siswa sehingga terpupuk kemauan dan tekad untuk hidup
bertanggung jawab demi keselamatan diri, bangsa, negara, dan tanah air.
b.
Mengajarkan konsep-konsep dasar
sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan
psikologis.
6. Mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
membangun
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
7. Meningkatkan kemampuan bekerja sama
dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun
global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid
Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik,
yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna
bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik
merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa,
yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai
sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
C. FUNGSI PEMBELAJARAN IPS
Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan sosial
dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosial nya sebagai SDM
yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan nasional.
D. KONSEP PEMBELAJARAN IPS
Konsep dasar IPS yang dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dalam ilmu-ilmu
Sosial sangat dibutuhkan sebagai bahan pembelajaran pada tingkat persekolahan
mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan, maupun sebagai bahan
pengembangan kemampuan data nalar para mahasiswa di Penguruan Tinggi. Yana
menjadi pertanyaan, bagaimana kita mengenal dan mengembangkan konsep-konsep
dasar IPS yang dihasilkan atas pengembangan, pengujian, dan penelaahan
Ilmu-Ilmu Sosial.
Dorothy J. Skeet (1979: 18) menyatakan bahwa konsep
adalah sesuatu yang tergambar dalam pikiran suatu pemikiran, gagasan atau suatu
pengertian.
James G. Womack (1970: 30) mengemukakan pengertian
tentang konsep, terutama berkaitan dengan Studi Sosial (IPS) sebagai berikut:
Konsep IPS yaitu suatu kala atau
ungkapan yang berhubungan dengan sesuatu yang menonjol, sifat yang melekat.
Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat bergantung pada. Penguasaan sifat
yang melekat tadi, dan pengertian umum kata yang bersangkutan. Konsep memiliki pengertian
denokatif dan juga pengertian konotatif.
Pengertian denotatif adalah pengertian berdasarkan arti
katanya yang dapat digali dalam kamus, sedangkan pengertian konotatif adalah
pengertian yang tingkatnya tinggi dan luas.
Konsep-konsep dan
fakta menurut IPS yang penting untuk dapat dipahami dan dipecahkan berkaitan
dengan masalah-masalah sosial. Misalnya, di dalam geografi tentang perusakan
lingkungan, akhirnya terjadi gejala kerusakan alam yang tidak hanya kerusakan
geografi belaka, namun secara ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik, hukum
dan lainnya pun menjadi tidak seimbangatau berkaitan erat.
Bahwa bidang studi IPS,
pada hakikatnya merupakan perpaduan pengetahuan sosial seperti dikemukakan oleh
Nursid Sumaatmadja (1984) adalah untuk SD inti merupakan perpaduan antara
georafi dan sejarah.
Penembangan Sumber Daya
Manusia (SDM), harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai yang dimaksud
pembelajaran IPS, nilai-nilai tersebut dikelompokkan menjadi 5 yaitu meliputi:
1.
Nilai Edukatif
2.
Nilai Praktis
3.
Nilai Teoretis
4.
Nilai Filsafah
5. Nilai Ketuhanan
Berbagai cara dan teknik
pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak.
Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk
mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui
percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang,
keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa.
Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan
mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding
environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah
kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang
jauh, dan seterusnya : dunia-negara
tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/desa, RT/RW,
tetangga-keluarga.
Pendidikan IPS SD disajikan dalam
bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada
fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan
temuan-temuan penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta
terjadi atau diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara
filosofis. Para peneliti menggunakan logika, analisis, dan keterampilan
(skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik.Agar
diterima,hasil temuan dan prosedur inkuiri harus diakui secara
publik. (Supriatna, 2007)
Suatu tujuan dalam pengajaran adalah
deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita
harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu
tujuan pengajaran menyatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu
dan bukan sekedar proses dari pengajaran itu sendiri.
Seperti dikatakan Mager (1975:5),
sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa guru harus memperhatikan / merumuskan
tujuan pengajarannya.
Pertama, jika guru tidak merumuskan tujuan
atau menentukan tujuan pengajaran tetapi kurang jelas, maka ia tidak akan dapat
memilih atau merancang bahan pengajaran, isi, ataupun metode yang tepat untuk
dipergunakan dalam pengajaran itu. Dari pengamatan dan pengalaman kita
mengetahui, karena tidak pernah merumuskan tujuan pengajaran guru-guru pada
umumnya cenderung hanya menggunakan satu metode yang dianggap paling mudah
yakni metode ceramah. Apapun bahan pengajaran yang diberikan, baik bahan
pengajaran yang berisi aspek pengetahuan (cognitif domain) maupun
yang lebih mengutamakan aspek keterampilan (psychomotor domain) atau
aspek sikap (affective domain), semuanya diberikan dengan metode yang
sama. Dengan demikian, tujuan-tujuan yang sebenarnya diharapkan kurikulum
sering tidak tercapai.
Kedua, tidak adanya rumusan tujuan
pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar mengukur atau menilai sampai
sejauh mana keberhasilan pengajaran itu. Rumusan tujuan yang jelas dan
menggambarkan suatu performance yang diharapkan dikuasai oleh murid
setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Makin jelas rumusan tujuan, makin
mudah bagi guru memilih instrumen penilaian mana yang tepat dipergunakan untuk
mengukur atau menilai keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan itu. Sebaliknya
tanpa tujuan yang jelas, guru akan menggunakan instrumen penilaian dengan
sembarangan saja, sehingga hasilnya pun tidak relevan, tidak fair, dan tidak
inovatif.
Ketiga, tanpa adanya rumusan
tujuan yang jelas, sukar bagi guru untuk mengorganisasikan
kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha siswa pencapaian tujuan pengajaran itu.
Seperti telah dikatakan di atas, dengan adanya tujuan yang jelas memungkinkan
guru memilih metode mana yang sesuai dirumuskan. Bagi guru, setiap pemilihan
metode berarti menentukan jenis proses belajar-mengajar mana yang dianggap
lebih efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Di samping ketiga alasan yang telah
dikemukakan di atas, ada satu hal lagi yang penting dan perlu dikemukakan di
sini. Yakni dengan tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas, sukar
bagi guru untuk mengadakan balikan (feedback) terhadap proses
belajar-mengajar yang telah dilaksanakan. Sebenarnya hal itu sangat erat
hubunganya dengan apa yang telah dikemukakan pada alasan kedua. Dengan melihat
hasil evaluasi yang diperoleh setelah mengalami proses belajar tertentu,
seyogianya guru dapat melihat kembali apakah program pengajaran yang telah
disusunnya itu baik. Jika belum, di mana letak kekurangan dan kesalahannya,
apakah pada pemilihan bahan pengajaran yang terlalu sukar atau terlalu mudah,
pada pemilihan dan penggunaan alat bantu mengajar yang kurang sesuai, ataukah
pada pemilihan metode mengajar yang kurang tepat? Semua ini tidak mungkin
dilaksanakan jika tujuan pengajaran itu sendiri tidak dirumuskan dengan
jelas. (Purwanto, 2006)
Hakekat belajar menurut teori
kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan
penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak
digunakan. Dalam merumuskan teori pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana
yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
- Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
- Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
- Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
- Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
- Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
- Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya. (Budiningsih, 2005)
BAB
III
PEMBAHASAN
PERAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DALAM UPAYA
MENJADIKAN WARGA NEGARA YANG BAIK
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan
atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh
karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. Dengan
demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang
lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju
dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial,
dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan
pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking
skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam memahami disiplin ilmu sosial., kemampuan berpikir, kemampuan prosesual
dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan
kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab
siswa sebagai anggota masyarakat. Tujuan ini mengembangkan kemampuan sepeti
berkomunikasi, rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia,
kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa.
Termasuk dalam tujuan ini adalah pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa
terhadap nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat. (Sundawa, 2006)
Fokus utama dari program IPS adalah
membentuk iindividu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia,
aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat
yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan,
malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi
masa depan.
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan
pembelajaran IPS di SD, yaitu:
- Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan
kemampuan siswa dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah
kemasyarakatan. Udin S. Winataputra (1996) mengemukakan bahwa dimensi
intelektual merujuk pada ranah kognitif terutama yang berkenaan dengan proses
berpikir atau pembelajaran yang menyangkut proses kognitif bertaraf tinggi dari
mulai kemampuan pemahaman sampai evaluasi. S. Hamid Hasan (1998) menambahkan
bahwa pada proses berpikir mencakup pula kemampuan dalam mencari informasi,
mengolah informasi dan mengkomunikasikan temuan.
- Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
S. Hamid Hasan (1996) mengartikan
nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu tindakan, pendapat atau hasil
kerja itu bagus/ positif atau tidak bagus/ negatif. Franz Von Magnis (1985)
menyatakan bahwa etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang moral, ialah
bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan
yang buruk.
2. Pengembangan Tanggung Jawab dan
Partisipasi Sosial
Dimensi yang ketiga dalam
pembelajaran IPS adalah mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial
yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik,
ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Sikap sosial merupakan kesadaran
dalam diri individu terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Sikap sosial
biasanya ditunjukkan karena adanya rasa perhatian dan kepedulian terhadap
lingkungan dimana seseorang tersebut berada. Sedangkan sikap sosial dasar
merupakan hal-hal atau sikap yang mendasari perkembangan sosial setiap
individu. Sikap sosial dasar tersebut sebaiknya ditanamkan pada diri individu
sejak usia dini, misalnya sejak anak berada pada jenjang Sekolah Dasar.
Sehingga, ketika anak tersebut telah memasuki ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, anak sudah mampu menempatkan diri dan berperilaku sebagai makhluk sosial
sesuai dengan lingkungan sosial masing-masing.
Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, pembentukan sikap sosial dasar pada anak-anak SD dapat dilakukan
melalui pengamalan terhadap nilai-nilai dari setiap komponen atau dasar- dasar
ilmu sosial yang terkandung dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di Sekolah Dasar. Karena, dari setiap dasar ilmu sosial yang tercakup dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki peranan masing-masing dalam pembentukan sikap
sosial dasar pada anak SD, antara lain:
1.) Ditinjau dari Dasar Ilmu Geografi
Geografi merupakan ilmu sosial yang
mempelajari gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang
menyangkut kehidupan makluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan
keruangan, kelingkungan dan regional untuk kepentingan suatu progam, proses dan
keberhasilan pembangunan dalam konteks kehidupan sosial. Dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial di tingkat Sekolah Dasar, ilmu Geografi biasa dihubungkan dengan
masalah kelingkungan, khususnya mempelajari lingkungan sosial di sekitar tempat
tinggal masing-masing. Dari ilmu Georafi yang ada, seorang guru SD dapat
membina, mengarahkan dan melatih siswa agar siswa memiliki sikap-sikap sosial
dasar pada lingkungan, antara lain:
a.)
Mengetahui keadaan lingkungan di
sekitar tempat tinggal masing-masing.
b.)
Mengetahui letak suatu tempat yang
berada di lingkungan sekitarnya.
c.)
Peka terhadap kegiatan bakti
lingkungan di daerah masing-masing untuk membantu
melestarikan
alam dan lingkungan.
d.)
Mengetahui dan memperhatikan keadaan
lingkungan sekolah beserta komponen yang ada di
dalamnya.
e.)
Mengetahui bagaimana keadaan alam di
lingkungan sekitarnya dan berupaya melakukan kegiatan untuk mencegah kerusakan
lingkungan dimulai dari kegiatan sederhana, misalnya dengan membiasakan diri
membuang sampah pada tempatnya.
2.) Ditinjau dari Dasar Ilmu Ekonomi
Secara umum, ilmu ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan
terhadap keterbatasan sumber pemenuhan kebutuhan yang meliputi kegiatan
produksi, konsumsi dan distribusi. Secara khusus, ilmu ekonomi di tingkat
Sekolah Dasar dapat diartikan sebagai ilmu yang diharapkan dapat menanamkan
sikap-sikap dasar ekonomi dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.
Melalui ilmu ekonomi yang termuat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial SD, seorang
anak dapat mengetahui dan melatih diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial
sederhana yang berkaitan dengan ilmu ekonomi, misalnya:
a.) Anak dapat memprioritaskan kegiatan
atau kebutuhan yang perlu didahulukan.
b.) Anak dapat membedakan mana yang termasuk kebutuhan pokok dan
kebutuhan pelengkap.
c.) Anak dapat melatih membiasakan diri
untuk hidup hemat dengan cara menabung.
d.) Di tingkat Sekolah Dasar juga sudah dikenalkan tentang mata
uang dan macam-macam kegiatan ekonomi, sehingga anak dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada saat anak disuruh ibunya membeli
beras di toko sembako. Dari hal yang sederhana tersebut anak sudah berlatih
untuk melakukan kegiatan ekonomi dan berinteraksi dengan sesama manusia.
3.) Ditinjau dari Dasar Ilmu Sejarah
Ilmu sejarah adalah bagian dari Ilmu
Pengetahuan Sosial yang mempelajari tentang peristiwa penting di masa lalu
manusia. Di tingkat Sekolah Dasar, ilmu sejarah biasanya mulai diberikan pada
kelas 4 hingga kelas 6 yang di dalamnya berisi uraian secara singkat mengenai
sejarah bangsa Indonesia. Mulai dari sejarah perjuangan sampai pada sejarah
kemerdekaan Indonesia. Sehingga apabila dipandang dari segi intelektual, karena
adanya ilmu sejarah, siswa dapat mengetahui bagaimana kehidupan Indonesia pada
masa lampau dan membandingkannya dengan kehidupan Indonesia pada masa sekarang
ini. Dipandang dari segi pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, ilmu
sejarah juga memiliki peranan dalam pembentukan sikap sosial dasar pada anak,
antara lain:
a.)
Melatih anak untuk menghargai waktu
dan kesempatan, karena waktu dan kejadian yang
sudah
terlewatkan tidak bisa terulang kembali.
b.)
Melatih anak untuk menghargai hasil
karya orang lain, sebagai implementasi dari sikap
menghargai
jasa para pahlawan.
c.)
Membantu anak mengenal dan
mengetahui sejarah asal-usul daerah tempat tinggal masing-masing untuk
menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap daerah masing-masing.
4.) Ditinjau dari Dasar Ilmu Sosiologi
Ilmu sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial yang di
dalamnya mencakup materi mengenai interaksi sosial, perilaku soaial, norma dan
nilai sosial, peran sosial, mobilitas sosial, hingga pada stratifikasi sosial.
Materi tersebut secara keseluruhan akan dijelaskan ketika anak sudah berada
pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Namun, untuk anak tingkat Sekolah Dasar,
yang diberikan pada umumnya adalah tentang interaksi sosial, perilaku sosial
dan peran-peran sosial. Sehingga dalam praktiknya pada kehidupan sehari-hari,
seorang anak dapat membangun dan mengembangkan sikap-sikap sosial dasar melalui
ilmu sosiologi yang telah terpadu dengan ilmu soaial yang lainnya dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial SD. Adapun peran ilmu sosiologi dalam pembentukan sikap
sosial dasar pada anak SD antara lain sebagai berikut:
a.) Siswa dapat melakukan interaksi dan
komunikasi dengan sesama individu dan juga dengan suatu kelompok.
b.) Siswa dapat memiliki kesadaran
sebagai makhluk sosial, yaitu tidak dapat hidup sendiri. Sehingga siswa akan
melatih diri untuk membantu orang lain dan menghargai bantuan dari orang lain.
c.) Siswa dapat mengetahui bagaimana
cara bersosialisasi dengan baik, sehingga mudah diterima di kalangan teman
bermainnya.
d.) Di Sekolah Dasar juga sudah ada materi tentang pengenalan
silsilah keluarga, sehingga dari materi yang diperoleh tersebut siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dengan
cara menempatkan diri dalam keluarga sebagai seorang anak, cucu, kakak atau
sebagai seorang adik dan bertindak sesuia dengan peran yang seharusnya
dilakukan. Misalnya, sebagai seorang anak, harus mematuhi perintah orang tua.
e.) Anak dapat beradaptasi atau
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya dengan cara
menciptakan hubungan sosial yang baik dan berlaku sopan serta menghargai
terhadap teman sebaya, tetangga, atau tokoh-tokoh masyarakat seperti ketua RT
atau tokoh agama di lingkungannya.
Selain itu, masih banyak hal-hal
yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang berperan dalam pembentukan
sikap sosial dasar anak SD. Karena pada dasarnya Ilmu Pengetahuan sosial
merupakan kumpulan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan di dalamnya
mencakup segala hal yang berkaitan dengan aspek kehidupan sosial.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Ilmu Pengetahuan
Sosial sangat penting diajarkan sejak tingkat Sekolah Dasar, untuk membekali
siswa dalam menjalani kehidupan di lingkungannya. Dalam hal ini Ilmu
Pengetahuan Sosial tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan kajian dan
beberapa konsep Ilmu sosial diantaranya geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, dan sebagainya.
Dalam mengajarkan IPS di SD sangat memerlukan kreativitas dan kemampuan menganalisis dan menyesuaikan dengan kajian dan lingkungan dimana anak hidup bersosial dan menjadi warga negara yang baik. Dengan melihat berbagai peran IPS, maka penanaman nilai-nilai Sosial sangat diharapkan untuk mewujudkan masyarakat yang dinamis dan maju.
Dalam mengajarkan IPS di SD sangat memerlukan kreativitas dan kemampuan menganalisis dan menyesuaikan dengan kajian dan lingkungan dimana anak hidup bersosial dan menjadi warga negara yang baik. Dengan melihat berbagai peran IPS, maka penanaman nilai-nilai Sosial sangat diharapkan untuk mewujudkan masyarakat yang dinamis dan maju.
B.
Saran
Pembentukan sikap sosial dasar pada anak dapat diwujudkan
dengan cara mengaplikasikan nilai yang terkandung dalam mata pelajaran
sehari-hari di sekolah. Misalnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yang di
dalamnya memuat dasar-dasar ilmu sosial. Dari ilmu-ilmu sosial tersebut anak
dapat mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan masyarakat mulai dari usia
dini hingga pada saat anak hidup bermasyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Aziz
wahab, dkk. 2005. Konsep dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hernawan, A. H. (2008). Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran . Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. N. (2006). Ilmu Pendidikan Teoritis dan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sapriya. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI
PRESS.
Supriatna, N. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung:
UPI PRESS.
Wahyudin, H. D. (2007). Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2008). Materi dan
Pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar