Laman

Rabu, 23 September 2015

PERAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DALAM UPAYA MENJADIKAN WARGA NEGARA YANG BAIK



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1).
Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Pendidikan IPS pada tingkat  sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu / fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berfikir abstrak.
Pengembangan pendidikan IPS tidak hanya diarahkan pada pengembangan kompetensi yang berkaitan dengan aspek intelektual saja. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan  sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa dalam pendidikan IPS. Keterampilan mencari, memilih, mengolah dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh peserta didik yang kelak akan menjadi warga negara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global.
Perkembangan era globalisasi sekarang ini telah berdampak pada perubahan segala aspek kehidupan. Mulai dari aspek ekonomi, budaya, hingga yang terlihat jelas ialah pada aspek sosial. Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, sikap sosial masyarakat Indonesia saat ini telah banyak mengalami perubahan. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak usia dini. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh semakin luasnya pengaruh budaya asing yang berkembang di Indonesia saat ini melalui berbagai macam sumber.
Anak-anak usia dini, khususnya anak Sekolah Dasar pada umumnya merupakan objek yang paling mudah terkena pengaruh-pengaruh dari luar, baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sehingga perlu adanya keterlibatan antara pihak keluarga, sekolah dan juga lingkungan untuk membimbing, mendampingi, serta mengawasi setiap perkembangan sikap sosial pada anak. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan perubahan sikap sosial dan mental anak selama anak berada di lingkungan keluarga. Begitu juga dengan guru, hendaknya selalu membimbing dan mengarahkan anak didiknya menuju hal-hal yang positif. Pembentukan sikap sosial dasar pada anak bisa ditanamkan melalui pengamalan terhadap  mata pelajaran tertentu yang berkaitan dengan aspek kehidupan sosial. Misalnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang berisi kajian-kajian konsep dasar IPS. Sehingga anak dapat mengembangkan sikap-sikap sosial dalam hidup bermasyarakat berawal dari sikap sosial dasar yang telah dikembangkan sejak usia dini.
B.     Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah apakah pembelajaran IPS SD dapat menjadikan warga negara yang baik?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran IPS SD dapat menjadikan warga negara yang baik.
D.   Manfaat
    1. Bagi Guru
       Dapat  mengetahui peran pembelajaran IPS SD dalam menjadikan warga negara yang baik.
    2. Bagi Siswa
        Siswa lebih mencintai pelajaran IPS sehingga mereka lebih giat mempelajari dan   
        mengamalkan pembelajaran IPS dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Bagi Sekolah
        Situasi dan kondisi sekolah menjadi lebih kondusif karena siswa lebih tertib
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.
Namun pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006)
Terdapat perbedaan yang esensial antara IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (social sciences) dengan pendidikan IPS sebagai social studies. Jika IPS lebih dipusatkan pada pengkajian ilmu murni dari berbagai bidang yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial (social sciences) atau dalam kata lain IPS adalah sebagai wujudnya. Setiap disiplin ilmu yang tergabung dalam ilmu-ilmu sosial berusaha untuk mengembangkan kajiannya sesuai dengan alur keilmuannya dan menumbuhkan “body of knowledge”.
B.     Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran  IPS
Sebagai bidang pengetahuan dan sejarah IPS yang memiliki delapan  tujuan sebagai berikut:
1.      IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut dibidang sosial science, mata pelajaran seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi budaya haruslah diberikan lepas-lepas sebagai vak tersendiri. Mata pelajaran IPS yang terpecah-pecah tadi tak memerlukan usaha peramuan bagian-bagian dari mata pelajaran lain
2.      IPS hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas.Sebagai suatu penyederhanaan dan penyaringan terhadap ilmu-ilmu sosial, dengan kemampuan dan daya tangkap.
3.      IPS yang mempelajari closed areas atau masalah-masalah sosial yamg pantas untuk dibicarakan dimuka umum. Bahannya menyangkut macam-macam misalnya ekonomi, pengetahuan sampai politik dadi sosial sampai kultural. Biar berlatih berpikir demokrat.
4.      IPS yang bertujuan mendidik kewarganegaraan yang baik. Dalam konteks budaya melalui pengolahan secara ilmiah dan psikologis yang tepat.
5.      Menurut pedoman khusus Bidang Studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi dipilih. Kegiatan belajar dan pembelajaran IPS mengarah kepada 2 hal.
a.       Nilai-nilai dan sikap hidup yang dikandung oleh pancasila atau UUD 1945 secara dasar dan intersif ditanamkan kepada siswa sehingga terpupuk kemauan dan tekad untuk hidup bertanggung jawab demi keselamatan diri, bangsa, negara, dan tanah air.
b.      Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
6.      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
 membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
7.      Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
        Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).

C. FUNGSI PEMBELAJARAN IPS
             Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna, ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosial nya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan nasional.

D. KONSEP PEMBELAJARAN IPS
           Konsep dasar IPS yang dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dalam ilmu-ilmu Sosial sangat dibutuhkan sebagai bahan pembelajaran pada tingkat persekolahan mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan, maupun sebagai bahan pengembangan kemampuan data nalar para mahasiswa di Penguruan Tinggi. Yana menjadi pertanyaan, bagaimana kita mengenal dan mengembangkan konsep-konsep dasar IPS yang dihasilkan atas pengembangan, pengujian, dan penelaahan Ilmu-Ilmu Sosial.
Dorothy J. Skeet (1979: 18) menyatakan bahwa konsep adalah sesuatu yang tergambar dalam pikiran suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian.
James G. Womack (1970: 30) mengemukakan pengertian tentang konsep, terutama berkaitan dengan Studi Sosial (IPS) sebagai berikut:
Konsep IPS yaitu suatu kala atau ungkapan yang berhubungan dengan sesuatu yang menonjol, sifat yang melekat. Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat bergantung pada. Penguasaan sifat yang melekat tadi, dan pengertian umum kata yang bersangkutan. Konsep memiliki pengertian denokatif dan juga pengertian konotatif.
Pengertian denotatif adalah pengertian berdasarkan arti katanya yang dapat digali dalam kamus, sedangkan pengertian konotatif adalah pengertian yang tingkatnya tinggi dan luas.
       Konsep-konsep dan fakta menurut IPS yang penting untuk dapat dipahami dan dipecahkan berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Misalnya, di dalam geografi tentang perusakan lingkungan, akhirnya terjadi gejala kerusakan alam yang tidak hanya kerusakan geografi belaka, namun secara ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik, hukum dan lainnya pun menjadi tidak seimbangatau berkaitan erat.
      Bahwa bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan perpaduan pengetahuan sosial seperti dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja (1984) adalah untuk SD inti merupakan perpaduan antara georafi dan sejarah.
      Penembangan Sumber Daya Manusia (SDM), harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai yang dimaksud pembelajaran IPS, nilai-nilai tersebut dikelompokkan menjadi 5 yaitu meliputi:
1.      Nilai Edukatif
2.      Nilai Praktis
3.      Nilai Teoretis
4.      Nilai Filsafah
5.      Nilai Ketuhanan
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya : dunia-negara tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/desa, RT/RW, tetangga-keluarga.
Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi atau diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti menggunakan logika, analisis, dan  keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik.Agar diterima,hasil temuan dan prosedur inkuiri harus diakui secara publik. (Supriatna, 2007)
Suatu tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran menyatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekedar proses dari pengajaran itu sendiri.
Seperti dikatakan Mager (1975:5), sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa guru harus memperhatikan / merumuskan tujuan pengajarannya.
Pertama, jika guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi kurang jelas, maka ia tidak akan dapat memilih atau merancang bahan pengajaran, isi, ataupun metode yang tepat untuk dipergunakan dalam pengajaran itu. Dari pengamatan dan pengalaman kita mengetahui, karena tidak pernah merumuskan tujuan pengajaran guru-guru pada umumnya cenderung hanya menggunakan satu metode yang dianggap paling mudah yakni metode ceramah. Apapun bahan pengajaran yang diberikan, baik bahan pengajaran yang berisi  aspek pengetahuan (cognitif domain) maupun yang lebih mengutamakan aspek keterampilan (psychomotor domain) atau aspek sikap (affective domain), semuanya diberikan dengan metode yang sama. Dengan demikian, tujuan-tujuan yang sebenarnya diharapkan kurikulum sering tidak tercapai.
Kedua, tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas bagi guru sehingga sukar mengukur atau menilai sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu. Rumusan tujuan yang jelas dan menggambarkan suatu performance yang diharapkan dikuasai oleh murid setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Makin jelas rumusan tujuan, makin mudah bagi guru memilih instrumen penilaian mana yang tepat dipergunakan untuk mengukur atau menilai keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan itu. Sebaliknya tanpa tujuan yang jelas, guru akan menggunakan instrumen penilaian dengan sembarangan saja, sehingga hasilnya pun tidak relevan, tidak fair, dan tidak inovatif.
Ketiga, tanpa  adanya rumusan tujuan  yang jelas, sukar bagi guru untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha siswa pencapaian tujuan pengajaran itu. Seperti telah dikatakan di atas, dengan adanya tujuan yang jelas memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai dirumuskan. Bagi guru, setiap pemilihan metode berarti menentukan jenis proses belajar-mengajar mana yang dianggap lebih efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Di samping ketiga alasan yang telah dikemukakan di atas, ada satu hal lagi yang penting dan perlu dikemukakan di sini. Yakni dengan tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas, sukar bagi guru untuk mengadakan balikan (feedback) terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan. Sebenarnya hal itu sangat erat hubunganya dengan apa yang telah dikemukakan pada alasan kedua. Dengan melihat hasil evaluasi yang diperoleh setelah mengalami proses belajar tertentu, seyogianya guru dapat melihat kembali apakah program pengajaran yang telah disusunnya itu baik. Jika belum, di mana letak kekurangan dan kesalahannya, apakah pada pemilihan bahan pengajaran yang terlalu sukar atau terlalu mudah, pada pemilihan dan penggunaan alat bantu mengajar yang kurang sesuai, ataukah pada pemilihan metode mengajar yang kurang tepat? Semua ini tidak mungkin dilaksanakan jika tujuan pengajaran itu sendiri tidak dirumuskan dengan jelas. (Purwanto, 2006)
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan teori pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan  dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
  1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
  2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
  3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
  4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
  5. Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
  6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
  7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya. (Budiningsih, 2005)  
BAB III
PEMBAHASAN

PERAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DALAM UPAYA MENJADIKAN WARGA NEGARA YANG BAIK

Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial., kemampuan berpikir, kemampuan prosesual dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat. Tujuan ini mengembangkan kemampuan sepeti berkomunikasi, rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini adalah pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat. (Sundawa, 2006)
Fokus utama dari program IPS adalah membentuk iindividu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa  tanggung jawab untuk melestarikan, malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu:
  1. Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan intelektual adalah pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan. Udin S. Winataputra (1996) mengemukakan bahwa dimensi intelektual merujuk pada ranah kognitif terutama yang berkenaan dengan proses berpikir atau pembelajaran yang menyangkut proses kognitif bertaraf tinggi dari mulai kemampuan pemahaman sampai evaluasi. S. Hamid Hasan (1998) menambahkan bahwa pada proses berpikir mencakup pula kemampuan dalam mencari informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan temuan.
  1. Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
S. Hamid Hasan (1996) mengartikan nilai sebagai sesuatu yang menjadi kriteria suatu tindakan, pendapat atau hasil kerja itu bagus/ positif atau tidak bagus/ negatif. Franz Von Magnis (1985) menyatakan bahwa etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang moral, ialah bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang  buruk.
2.      Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Sosial
Dimensi yang ketiga dalam pembelajaran IPS adalah mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik, ialah warga negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Sikap sosial merupakan kesadaran dalam diri individu terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Sikap sosial biasanya ditunjukkan karena adanya rasa perhatian dan kepedulian terhadap lingkungan dimana seseorang tersebut berada. Sedangkan sikap sosial dasar merupakan hal-hal atau sikap yang mendasari perkembangan sosial setiap individu. Sikap sosial dasar tersebut sebaiknya ditanamkan pada diri individu sejak usia dini, misalnya sejak anak berada pada jenjang Sekolah Dasar. Sehingga, ketika anak tersebut telah memasuki ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, anak sudah mampu menempatkan diri dan berperilaku sebagai makhluk sosial sesuai dengan lingkungan sosial masing-masing.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pembentukan sikap sosial dasar pada anak-anak SD dapat dilakukan melalui pengamalan terhadap nilai-nilai dari setiap komponen atau dasar- dasar ilmu sosial yang terkandung dalam mata pelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Karena, dari setiap dasar ilmu sosial yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki peranan masing-masing dalam pembentukan sikap sosial dasar pada anak SD, antara lain:

1.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Geografi
Geografi merupakan ilmu sosial yang mempelajari gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan dan regional untuk kepentingan suatu progam, proses dan keberhasilan pembangunan dalam konteks kehidupan sosial. Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar, ilmu Geografi  biasa dihubungkan dengan masalah kelingkungan, khususnya mempelajari lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal masing-masing. Dari ilmu Georafi yang ada, seorang guru SD dapat membina, mengarahkan dan melatih siswa agar siswa memiliki sikap-sikap sosial dasar pada lingkungan, antara lain:
a.)      Mengetahui keadaan lingkungan di sekitar tempat tinggal masing-masing.
b.)      Mengetahui letak suatu tempat yang berada di lingkungan sekitarnya.
c.)      Peka terhadap kegiatan bakti lingkungan di daerah masing-masing untuk membantu
       melestarikan alam dan lingkungan.
d.)     Mengetahui dan memperhatikan keadaan lingkungan sekolah beserta komponen yang ada di
      dalamnya.
e.)      Mengetahui bagaimana keadaan alam di lingkungan sekitarnya dan berupaya melakukan kegiatan untuk mencegah kerusakan lingkungan dimulai dari kegiatan sederhana, misalnya dengan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.


2.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Ekonomi
Secara umum, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap keterbatasan sumber pemenuhan kebutuhan yang meliputi kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi. Secara khusus, ilmu ekonomi di tingkat Sekolah Dasar dapat diartikan sebagai ilmu yang diharapkan dapat menanamkan sikap-sikap dasar ekonomi dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Melalui ilmu ekonomi yang termuat dalam Ilmu Pengetahuan Sosial SD, seorang anak dapat mengetahui dan melatih diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial sederhana yang berkaitan dengan ilmu ekonomi, misalnya:
a.)      Anak dapat memprioritaskan kegiatan atau kebutuhan yang perlu didahulukan.
b.)     Anak dapat membedakan mana yang termasuk kebutuhan pokok dan kebutuhan pelengkap.
c.)      Anak dapat melatih membiasakan diri untuk hidup hemat dengan cara menabung.
d.)     Di tingkat Sekolah Dasar juga sudah dikenalkan tentang mata uang dan macam-macam kegiatan ekonomi, sehingga anak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada saat anak disuruh ibunya membeli beras di toko sembako. Dari hal yang sederhana tersebut anak sudah berlatih untuk melakukan kegiatan ekonomi dan berinteraksi dengan sesama manusia.
3.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Sejarah
Ilmu sejarah adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial yang mempelajari tentang peristiwa penting di masa lalu manusia. Di tingkat Sekolah Dasar, ilmu sejarah biasanya mulai diberikan pada kelas 4 hingga kelas 6 yang di dalamnya berisi uraian secara singkat mengenai sejarah bangsa Indonesia. Mulai dari sejarah perjuangan sampai pada sejarah kemerdekaan Indonesia. Sehingga apabila dipandang dari segi intelektual, karena adanya ilmu sejarah, siswa dapat mengetahui bagaimana kehidupan Indonesia pada masa lampau dan membandingkannya dengan kehidupan Indonesia pada masa sekarang ini. Dipandang dari segi pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, ilmu sejarah juga memiliki peranan dalam pembentukan sikap sosial dasar pada anak, antara lain:
a.)      Melatih anak untuk menghargai waktu dan kesempatan, karena waktu dan kejadian yang
       sudah terlewatkan tidak bisa terulang kembali.
b.)      Melatih anak untuk menghargai hasil karya orang lain, sebagai implementasi dari sikap
        menghargai jasa para pahlawan.
c.)      Membantu anak mengenal dan mengetahui sejarah asal-usul daerah tempat tinggal masing-masing untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap daerah masing-masing.
4.)      Ditinjau dari Dasar Ilmu Sosiologi
Ilmu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sehari-hari sebagai makhluk sosial yang di dalamnya mencakup materi mengenai interaksi sosial, perilaku soaial, norma dan nilai sosial, peran sosial, mobilitas sosial, hingga pada stratifikasi sosial. Materi tersebut secara keseluruhan akan dijelaskan ketika anak sudah berada pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Namun, untuk anak tingkat Sekolah Dasar, yang diberikan pada umumnya adalah tentang interaksi sosial, perilaku sosial dan peran-peran sosial. Sehingga dalam praktiknya pada kehidupan sehari-hari, seorang anak dapat membangun dan mengembangkan sikap-sikap sosial dasar melalui ilmu sosiologi yang telah terpadu dengan ilmu soaial yang lainnya dalam Ilmu Pengetahuan Sosial SD. Adapun peran ilmu sosiologi dalam pembentukan sikap sosial dasar pada anak SD antara lain sebagai berikut:
a.)      Siswa dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan sesama individu dan juga dengan suatu kelompok.
b.)      Siswa dapat memiliki kesadaran sebagai makhluk sosial, yaitu tidak dapat hidup sendiri. Sehingga siswa akan melatih diri untuk membantu orang lain dan menghargai bantuan dari orang lain.
c.)      Siswa dapat mengetahui bagaimana cara bersosialisasi dengan baik,  sehingga mudah diterima di kalangan teman bermainnya.
d.)     Di Sekolah Dasar juga sudah ada materi tentang pengenalan silsilah keluarga, sehingga dari materi yang diperoleh tersebut siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dengan cara menempatkan diri dalam keluarga sebagai seorang anak, cucu, kakak atau sebagai seorang adik dan bertindak sesuia dengan peran yang seharusnya dilakukan. Misalnya, sebagai seorang anak, harus mematuhi perintah orang tua.
e.)      Anak dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya dengan cara menciptakan hubungan sosial yang baik dan berlaku sopan serta menghargai terhadap teman sebaya, tetangga, atau tokoh-tokoh masyarakat seperti ketua RT atau tokoh agama di lingkungannya.

Selain itu, masih banyak hal-hal yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan Sosial yang berperan dalam pembentukan sikap sosial dasar anak SD. Karena pada dasarnya Ilmu Pengetahuan sosial merupakan kumpulan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan di dalamnya mencakup segala hal  yang berkaitan dengan aspek kehidupan sosial.
BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Ilmu Pengetahuan Sosial sangat penting diajarkan sejak tingkat Sekolah Dasar, untuk membekali siswa dalam menjalani kehidupan di lingkungannya. Dalam hal ini Ilmu Pengetahuan Sosial tidaklah berdiri sendiri melainkan merupakan kajian dan beberapa konsep Ilmu sosial diantaranya geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.
Dalam mengajarkan IPS di SD sangat memerlukan kreativitas dan kemampuan menganalisis dan menyesuaikan dengan kajian dan lingkungan dimana anak hidup bersosial dan menjadi warga negara yang baik. Dengan melihat berbagai peran IPS, maka penanaman nilai-nilai Sosial sangat diharapkan untuk mewujudkan masyarakat yang dinamis dan maju.
B.     Saran
Pembentukan sikap sosial dasar pada anak dapat diwujudkan dengan cara mengaplikasikan nilai yang terkandung dalam mata pelajaran sehari-hari di sekolah. Misalnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yang di dalamnya memuat dasar-dasar ilmu sosial. Dari ilmu-ilmu sosial tersebut anak dapat mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan masyarakat mulai dari usia dini hingga pada saat anak hidup bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz wahab, dkk. 2005. Konsep dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hernawan, A. H. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. N. (2006). Ilmu Pendidikan Teoritis dan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sapriya. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS.
Supriatna, N. (2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.
Wahyudin, H. D. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2008). Materi dan Pembelajaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar