PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puisi sebagai salah satu jenis sastra merupakan
pernyataan sastra yang paling inti. Segala unsur seni kesastraan mengental
dalam puisi. Oleh karena itu, puisi dari dahulu hingga sekarang merupakan
pernyataan seni sastra yang paling baku .
Membaca puisi merupakan sebuah kenikmatan seni yang khusus, bahkan merupakan
puncak kenikmatan seni sastra.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang menarik untuk
dikaji. Dikatakan menarik, karena puisi dapat mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan
perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama
(Pradopo: 2007: 7). Di samping itu, puisi merupakan karya sastra dengan bahasa
yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan
pemilihan kata-kata kias atau imajinatif (Waluyo, 2002: 1). Dan juga menarik
bahasa puisi dengan simbol-simbol, dan lambang-lambang (semiotik). Dengan
demikian, tidak mengherankan apabila seseorang akan mengapresiasi atau
menganalisis karya puisi harus menggunakan pendekatan yang sangat kompleks dan
menyeluruh, termasuk objek puisinya.
Puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat
dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya,
mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam
unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat
memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu
karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang
kosong tanpa makna.
Sebagai tindak awal tinjauan puisi, penulis memilih
dan meninjau masalah semiotic dalam puisi yang berjudul POLIGAMI AWARD
karya Anis MQ. Masalah semiotik
penulis soroti, mengingat masalah ini sangat penting dan menonjol dalam
puisi.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat dua
rumusan masalah dalam makalah ini.
- Apa hakikat analisis semiotik?
- Bagaimana analisis semiotic puisi POLIGAMI AWARD Karya Anis MQ?
PEMBAHASAN
A. Analisis Semiotik
Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak.
Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak.
Karya sastra merupakan struktur yangyang bermakana. Hal ini mengingat bahwa
karya sastra itu merupakan system tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan
medium bahasa.
Bahasa sebagai medioum karya sastra sudah merupakan system
semiotik atau ketandaan yang mempunyai arti. Lambang-lambang atau tanda-tanda
kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi
yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem
ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi masyarakat. Sistem
ketandaan itu disebut semiotik. Begitu juga ilmu yang mempelajari sistem
tanda-tanda itu disebut semiologi.
Hal yang penting dalam lapangan semiotik adalah
pengertian tanda itu sendiri (Pradopo, 2007: 121).. dalam pengertian tanda ada
dua prinsip, yaitu penanda (signifier) atau yang menandai, yang merupakan
bentuk tanda, dan petanda (signified) atau yang ditandai, yang merupakan arti
tanda. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda
yang pokok, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda hubungan antara
penenda dan petandanya bersifat persamaan bentuk alamiah. Indeks adalah tanda
yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat
kausal. Simbol itu tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiah antara penanda
dan petandanya.
Bahasa yang merupakan sistam tanda yang kemidian dalam
karya sastra menjadi mediumnya itu adalah sistem tanda tingkat pertama. Dalam
ilmu tanda-tanda atau semiotic, arti bahasa sebagai sistem tanda tingkat
pertama disebut meaning (arti). Karya sastra itu juga merupakan sistem tanda
yang berdasarkan konvensi masyarakat (sastra). Hal ini idsebut sistem semiotik
tingkat kedua. Bahasa tertentu itu mempunyai konvensi tertentu pula, dalam
sastra konvensi itu disesuaikan dengan konvensi sastra. Dengan demikian,
timbullah arti baru, yaitu arti sastra itu. Jadi, arti sastra itu merupakan arti
dari arti (meaning of meaning). Untuk membedakannya (dalam arti bahasa), arti
sastra itu disebut makna (significance)
Meskipun sastra itu dalam sistem semiotik tingkatannya
lebih tinggi daripada bahasa, namun sastra tidak dapat lepas pula dari sistem
bahasa; dalam arti, sastra tidak dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa
atau konvensi bahasa. Hal ini disebabkan oleh apa yang telah dikemukakan, yaitu
bahasa itu sudah merupakan sistem tanda yang mempunyai artinya berdasarkan
konvensi tertentu.
Karena hal-hal yang telah diuraikan itu, mengkaji dan
memahami puisi tidak lepas dari analisis semiotik. Puisi (sajak) secara
semiotik seperti telah dikemukakan merupakan struktur tanda-tanda yang
bersistem dan bermakna ditentukan oleh konvensi. Memahami sajak tidak lain dari
memahami makna sajak. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap makna sajak.
B. Analisis Puisi POLIGAMI AWARD Karya Anis
MQ
POLOGAMI AWARD
Karya Anis MQ
Senyummu merekah
Renyah
Tergambar penuh anugerah
Berbahagialah,
Tidak semua laki-laki
Bisa sepertimu
Tidak semua wanita
Bisa menjadi istrimu
Kau genggam kebanggaan
Dalam award yang kau tawarkan
Kau tunjukkan kepada awam
Salah satu jalan menuju kesuksesan
Adakah di sudut hatimu
Secerah senyum di bibirmu
Menebar pesona, di antara taman sarimu
Indahnya saat ini
Membuat beberapa laki-laki iri
Membuat beberapa wanita ngeri
Karena award poligami
Dalam ketidak habis pikirku
Hatiku bertanya: “Mengapa yang mendapat award
bukan istri pertama?”
(Yang ‘rela’dimadu, bahkan kadang hingga beberapa kali)
Untuk menjelaskan makna dari puisi di atas, penulis
menginventarisasi kata-kata dan kalimat yang ada dalam puisi tersebut.
1.
Merekah-renyah-anugerah
Menggambarkan suatu hal yang sangat mnggembirakan dan membanggakan.
Sedangkan kata anugerah merupakan suatu pemberian dari Allah yang sangat besar
nilainya.
2.
Award
Merupakan suatu penghargaan yang diberikan oleh seseorang atau sebuah
institusi kepada orang lain karena prestasi yang dimilikinya.
3.
Poligami
Kata ini merupakan istilah bagi laki-laki yang memiliki lebih dari satu
istri.
4.
Awam
Kata ini melambangkan seorang yang tidak berilmu.
5.
Adakah di sudut hatimu-secerah senyum di bibirmu
Kalimat ini menggambarkan keraguan penyair akan kebahagiaan laki-laki
yang berpoligami.
6.
Taman sari
7.
“Mengapa yang mendapat award bukan istri pertama?”
Sebuah pertanyaan yang menggambarkan kepasrahan seorang wanita.
Pada puisi tersebut tergambar protes lemah, yang tidak
disertai kemauan mencapai kemenangan secara tuntas. Ada kepasrahan seorang wanita yang
dilontarkan dalam pertanyaan tak berjawab, “Mengapa yang mendapat award bukan
istri pertama?” karena memang sedemikianlah seharusnya menurut pikirnya. Dalam
puisi ini wanita digambarkan dalam posisi yang lemah, yang tidak mampu berbuat
apa-apa saat sang suami ingin menikah lagi.
Puisi di atas juga merupakan sindiran kepada laki-laki
yang ‘doyan’ kawin. Seolah wanita tidak ada harganya seperti peribahasa ‘Habis
manis sepah dibuang’. Laki-laki yang bangga dengan kemampuannya memperistri
lebih dari satu orang. Adalah sebuah ajakan moral kepada laki-laki untuk
bertobat dan mulai berpikir dengan benar dan jelas tentang perempuan (wanita)
istrinya, setidak-tidaknya.
Namun, ada satu pertanyaan yang bersifat meragukan
kebahagiaan sejati laki-laki yang berpoligami, yaitu “Adakah di sudut
hatimu-secerah senyum di bibirmu”. Penyair berasumsi bahwa sesungguhnya hati
laki-laki yang berpoligami merasa resah, karena mereka mungkin hanya memburu
kebanggaan dan menuruti nafsu sesaat.
SIMPULAN
Memahami puisi tidak lepas dari analisis semiotik.
Puisi (sajak) secara semiotik seperti telah dikemukakan merupakan struktur
tanda-tanda yang bersistem dan bermakna ditentukan oleh konvensi. Memahami
sajak tidak lain dari memahami makna sajak. Menganalisis sajak adalah usaha
menangkap makna sajak.
Pada puisi POLIGAMI AWARD Karya Ania MQ tergambar
protes lemah, yang tidak disertai kemauan untuk melawan poligami. Ada keprasahan seorang
wanita yang dilontarkan dalam pertanyaan tak berjawab, karena memang
sedemikianlah seharusnya menurut pikirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anis MQ. 2005. Sang
Pencinta. Yogyakarta : Jogja Global Media
Rachmat Djoko Pradopo. 2007. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisib Struktural dan
Semiotik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar