ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran tujuan dan tata
cara tradisi Punggahan di desa Tagung kelurahan Rembun kecamatan Nogosari
kabupaten Boyolali. Adapun sumber data penelitian ini adalah masyarakat desa,,
ketua RW, dan sesepuh desa. Fokus dalam penelitian ini meliputi penyebab
terjadinya pergeseran tujuan dan tata cara Punggahan, perbedaan tujuan dan tata
cara Punggahan zaman dulu dan sekarang serta nilai moral yang ada dalam
Punggahan.
Untuk memperolah data penelitian
ini menggunakan teknik penelitian wawancara. Pelaksanaan wawancara dilakukan
terhadap beberapa anggota masyarakat, ketua RT, ketua RW, dan sesepuh desa
setempat. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman
wawancara.
Hasil analisis dan pembahasan
menunjukkan bahwa terjadi pergeseran tujuan dan tata cara tradisi
Punggahan yang disebabkan karena masyarakat didominasi oleh golongan muda yang
menyukai hal-hal yang bersifat praktis dan peningkatan pengetahuan masyarakat
mengenai ajaran agama Islam. Dahulu, Punggahan dilakukan pada tanggal 15 sampai
30 Ruwah atau 15 hari sebelum bulan puasa dengan tujuan untuk menaikkan arwah
orang tua atau kerabat ke surga. Ritual dan jenis makanannya pun sudah ditentukan. Menurut kepercayaan
orang dahulu, sebelum dilaksanakan tradisi Punggahan arwah mereka masih
mengambang.
Saat ini meskipun Punggahan masih dilakukan oleh masyarakat namun
bertujuan untuk sedekah atau memberikan sebagian rezeki kepada masyarakat
sekitar sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Ritual dan jenis makanannya
sesuai dengan keinginan masyarakat sendiri tanpa terikat aturan lama.
Nilai moral yang ada dalam tradisi Punggahan antara lain: adanya
keyakinan bahwa ada kehidupan setelah mati, adanya penghargaan bagi orang yang
sudah meninngal dunia dan kesadaran untuk membagi rezeki kepada masyarakat di
lingkungan sekitar.
PENDAHULUAN
Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia tradisi diartikan segala sesuatu seperti adat, kepercayaan,
kebiasaan, ajaran, dan sebagainya yang turun temurun dari nenek moyang. Indonesia
adalah negara yang kaya akan tradisi. Hampir di setiap daerah kita bisa jumpai
tradisi yang unik dan khas. Salah satunya adalah di daerah kami tepatnya di
desa Tagung kelurahan Rembun kecamatan Nogosari kabupaten Boyolali. Tradisi
yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat desa antara lain Mitoni (saat kandungan berumur tujuh bulan),
Selapanan (saat anak berusia selapan
atau 35 hari), peringatan kematian pada hari ke tiga, tujuh, empat puluh,
seratus, Pendhak Siji (satu tahun
pertama), Pendhak Loro (tahun kedua),
Nyewu (seribu hari). Selain itu ada
tradisi Dekah Desa dan Punggahan.
Namun dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti tradisi Punggahan. Dalam tradisi ini
masyarakat melakukan doa bersama dan
memberikan makanan baik kepada arwah maupun masyarakat di lingkungan sekitar
yang bertujuan untuk menaikkan arwah ke surga. Tradisi ini dilaksanakan setiap
15 sampai 30 Ruwah (Penanggalan Jawa)
atau 15 hari sebelum bulan puasa.
Segala macam tradisi merupakan
kekayaan bangsa Indonesia
yang harus dilestarikan. Karena pada dasarnya semua tradisi yang dilakukan oleh
masyarakat merupakan wujud rasa syukur dan sarana untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Namun, karena perkembangan jaman tradisi Punggahan telah berubah baik tujuan
maupun tata caranya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pergeseran tujuan dan tata cara Punggahan,
penyebab terjadinya pergeseran tujuan dan tata cara Punggahan serta nilai moral
yang terdapat dalam tradisi Punggahan.
Manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui penyebab pergeseran
tujuan dan tata cara pada tradisi Punggahan
serta nilai moral yang perlu dilestarikan dalam tradisi Punggahan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di desa Tagung kelurahan
Rembun kecamatan Nogosari kabupaten Boyolali mulai tanggal 20 Nopember sampai 5
Desember 2008. Ditentukan di tempat ini karena di sini tradisi ini masih
dilaksanakan dan merupakan daerah asal peneliti sehingga peneliti bisa dengan
mudah mengumpulkan data.
Adapun sumber data penelitian ini
adalah masyarakat desa, ketua RT, ketua RW, dan sesepuh desa. Untuk memperolah
data penelitian ini menggunakan teknik
penelitian wawancara. Pelaksanaan wawancara dilakukan terhadap beberapa anggota
masyarakat, ketua RT, ketua RW, dan sesepuh desa setempat.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga
komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen itu dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Dalam model ini
peneliti bergerak di antara ketiga komponen tersebut selama proses pengumpulan
data berlangsung (Slamet, 2007: 132).
PEMBAHASAN
Punggahan adalah salah
satu tradisi yang masih terus dilestarikan oleh masyarakat desa Tagung
kelurahan Rembun kecamatan Nogosari kabupaten Boyolali. Punggahan berasal dari
kata ‘munggah’ dalam bahasa Indonesia
berarti naik. Nama itu sesuai dengan
tujuan Punggahan yang semula untuk menaikkan arwah orang tua atau kerabat ke
surga. Punggahan dilakukan pada tanggal 15 sampai 30 Ruwah atau 15 hari sebelum bulan puasa.
Seiring dengan perkembangan zaman
tradisi ini telah berubah baik tujuan maupun tata caranya.
1. Pergeseran Tujuan Punggahan
Pada awalnya
tujuan Punggahan adalah upacara untuk
menaikkan arwah orang tua atau kerabat ke surga. Masyarakat memiliki keyakinan
bahwa sebelum dilaksanakan upacara Punggahan
arwah keluarga atau kerabatnya tidak akan bisa naik ke surga. Sekarang Punggahan dilakukan dengan tujuan untuk
sedekah atau memberikan sebagian rezeki
kepada masyarakat di lingkungan sekitar yang berupa makanan.
2.
Penyebab Terjadinya Pergeseran Tujuan dan Tata Cara Punggahan
- Masyarakat
didominasi oleh golongan muda yang menyukai hal-hal yang bersifat praktis.
Jumlah
masyarakat yang berusia lanjut semakin lama semakin berkurang. Sekarang
masyarakat didominasi oleh golongan muda yang berpikiran maju dan lebih
menyukai hal-hal yang bersifat praktis. Hal ini dapat dilihat dari jenis
makanan yang dihidangkan saat Punggahan.
Dulu, jenis makanan yang dihidangkan sudah ditentukan dan begitu rumit. Namun
sekarang masyarakat mencari makanan yang praktis dan mudah dihidangkan.
- Peningkatan pemahaman tentang ajaran
agama Islam
Pengetahuan
masyarakat tentang agama islam semakin lama semakin bertambah.Halitu disebabkan
karena hampir setiap minggu diadakan pengajian rutin di masjid. Mereka tahu
bahwa arwah manusia yang sudah meninggal berada di bawah kekuasaan Allah SWT
dan tidak bisa ke mana-mana. Hal itu kontras dengan kepercayaan masyarakat dulu
yang memiliki keyakinan bahwa arwah orang yang sudah meninggal akan mengunjungi
rumah pada tanggal 15 sampai 30 Ruwah
atau 15 hari sebelum bulan puasa. Oleh karena itu salah satu ritual yang
dilakukan dalam tradisi Punggahan
adalah memberi hidangan yang disebut ‘Pancen’
kepada arwah yang sudah meninggal.
3.
Pergeseran Tata Cara Punggahan
a. Tata cara Punggahan jaman dahulu
Dulu Punggahan
diawali dengan memanjatkan doa bersama atau Tahlilan
yang ditujukan kepada arwah orang tua atau kerabat yang sudah meninggal dunia
agar dapat naik ke surga. Doa bersama itu dipimpin oleh seorang Modin atau sesepuh desa. Setelah itu
nasi dibagikan dengan dibungkus daun pisang dan daun jati. Sedangkan cakar,
kepala, sisa nasi dan kembang setaman diberikan kepada orang yang punya hajat.
Kemudian hidangan tadi diletakkan di atas meja ditambah dengan suruh dan rokok
atau kesenangan arwah itu semasa hidupnya dengan harapan agar arwah bisa
menikmati hidangan tersebut saat mengunjungi rumah
Adapun jenis
makanan yang disajikan saat Punggahan
adalah:
1) Buceng
atau nasi yang berbentuk kerucut.
2) Golong atau nasi berbentuk lingkaran.
3) Asahan
atau nasi berbentuk persegi.
Buceng dan golong diletakkan dalam
satu tempat yang disebut tampah. Buceng diletakkan di tengah dan golong yang berjumlah 4 diletakkan
melingkari buceng. Di atas golong diberi sayur sambal goreng
kentang, tahu goreng, tempe
goreng, dan kerupuk merah. Sedangkan di sekitar buceng diberi sayur gudang dan ikan asin.
Asahan
diletakkan dalam tampah terpisah. Golong
juga diletakkan di sekeliling asahan.
Tetapi jumlahnya ada 8 golong. Di
atas golong juga diberi sambal goreng
kentang, tahu goreng, tempe
goreng, dan kerupuk merah. Di samping asahan
juga diberi apem yang dibungkus daun
pisang.
Ayam kampung
jago atau ingkung diletakkan dalam
baskom. Sedangkan kembang setaman dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air
putih diletakkan di dalam baki bersama pisang raja.
Dalam ujub
doanya buceng dan 4 golong
diperuntukkan bagi keluarga yang masih hidup agar rukun. Sedangkan asahan dan 8 golong diperuntukkan bagi keluarga yang sudah meninggal agar bisa
naik ke surga.
- Tata Cara Punggahan Masa Kini
Saat ini
pelaksanaan Punggahan tidak serumit
dulu. Makanan biasanya langsung dibagikan segera setelah makanan matang. Namun
ada pula yang dibagikan sehabis maghrib atau isya yang sebelumnya didakan acara
Tahlilan. Jenis makanannya pun tidak
serumit dulu dan disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan orang yang
mempunyai hajat. Makanan juga tidak dibungkus daun pisang dan daun jati
melainkan memakai cething. Adapun
jenis makanan yang dibagikan antara lain:
1) -
nasi
-
ayam
goreng
-
sambal
-
lalap
2) - nasi
- sambal
goreng kentang
-
ayam goreng
- telur
ayam
- kudapan
3 ) - nasi
- sambal
goreng kentang
- telur
ayam
4) - nasi
- sambal
goreng kentang
- tahu
dan tempe
goreng
- telur ayam
4. Nilai Moral Dalam Tradisi Punggahan
a.
Adanya keyakinan bahwa ada kehidupan sesudah mati
Hal
itu dapat dilihat dari salah satu ritual yang dilakukan saat Punggahan yaitu
melakukan doa bersama bagi orang yang sudah meninggal agar mereka bahagia di surga. Masyarakat yakin bahwa
sebelum diadakan Punggahan arwah
orang yang sudah meninggal masih mengambang dan tidak bisa mencapai surga.
b.
Adanya penghargaan bagi orang yang sudah meninggal
Masyarakat yakin bahwa meskipun jasad orang tua
atau kerabat telah mati namun jiwa mereka tetap hidup sehingga harus
diperlakukan seperti orang yang masih hidup. Hal itulah yang mendasari
dibuatkannya Pancen atau hidangan
untuk orang meninggal agar bisa dinikmati oleh arwah saat mengunjungi rumah
setiap tanggal 15 sampai 30 Ruwah atau
15 hari sebelum Bulan Puasa.
c.
Adanya kesadaran untuk membagi rezeki kepada orang lain
Rezeki di sini
dalam bentuk makanan. Allah sangat menganjurkan hambanya untuk bersedekah. Di
dalam Alquran yang kemudian dipertegas dengan hadist Rasulullah, Bersedekahlah
kamu walaupun hanya sebiji kurma. Sesungguhnya sedekah itu menutupi kamu dari
kelaparan dan memupus kesalahan sebagaimana air memadamkan api (Zainuddin,
2000:280). Dalam ritual Punggahan
selalu diakhiri dengan membagi makanan kepada orang lain.
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa: tradisi Punggahan yang
dilaksanakan di desa Tagung kelurahan Rembun kecamatan Nogosari kabupaten
Boyolali telah bergeser baik tujuan maupun tata caranya. Penyebab pergeseran
itu adalah masyarakat didominasi oleh golongan muda yang menyukai hal-hal yang
bersifat praktis dan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai ajaran agama
Islam.
Nilai moral yang ada dalam tradisi Punggahan antara lain: adanya keyakinan
bahwa ada kehidupan setelah mati, adanya penghargaan bagi orang yang sudah
meninggal dan kesadaran untuk membagi rezeki kepada masyarakat di lingkungan
sekitar.
Pada dasarnya jika dilihar dari
ujub doa yang dipanjatkan, hakikatnya tidaklah mengindikasikan adanya
pertentangan dalam ajaran Islam. Apapun jenis makanan yang dihidangkan selalu
diujubkan sebagai sedekah.yang bertentangan dengan ajaran agama Islam adalah
kepercayaan bahwa sebelum diadakan acara Punggahan
arwah tidak bisa naik ke surga dan kedatangan arwah ke rumah untuk menikmati
hidangan atau Pancen yang telah disiapkan oleh keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Fananie, Zainuddin. 2000. Restrukturisasi Budaya Jawa. Surakarta Muhammadiyah
Universiti Press.
Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
Slamet, St.
Y dan Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Surakarta : Sebelas Maret
University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar