Laman

Jumat, 18 September 2015

PENGAJARAN BAHASA



I.Tujuan Pengajaran Bahasa
Pertama-tama dalam pengajaran bahasa dijumpai 3 komponen utama, yaitu:
1.Pembelajar
2.Materi
3.Pengajar
Titik sentral dari ketiga komponen tersebut ialah pembelajar, karena dialah yang membutuhkan materi (bahasa) dan sebagai pendamping diberi kemudahan pengajar. Jika pembelajar menjadi titik sentral, maka tujuan pengajaran bahasa dapat ditelusuri melalui analisis terhadap kebutuhan sang pembelajar. Kebutuhan ini dapat diketahui antara lain dengan mengindentifikasikan fungsi yang menjadi sasaran pembelajaran.
Nababan (1993:38) membedakan 4 golongan tujuan atau fungsi suatu bahasa sebagai berikut:

1.Fungsi kebudayaan
2.Fungsi kemasyarakatan
3.Fungsi perorangan
4.Fungsi pendidikan

Halliday (1976) membagi fungsi perorangan dalam 6 sub fungsi:

1.Instrumental
2.Menyuruh
3.Interaksi
4.Kepribadian
5.Pemecahan masalah (heuristic)
6.Khayal

Nababan (1993:66) lebih jauh mengklasifikasikan fungsi pendidikan ke dalam sub fungsi:

1.Integratif
2.Instrumental
3.Kultural
4.Penalaran

Dari perspektif pengajaran, Van Ek (1975:19) membedakan 6 fungsi sebagai berikut:
  1. Fungsi memberikan dan mencari tahu informasi factual
  2. Mengungkap dan mencari tahu sikap intelektual
  3. Mengungkap dan mencari tahu sikap emosional
  4. Mengungkap dan mencari tahu sikap moral
  5. suasi, dan
  6. sosialisasi
Semua fungsi bahasa yang dikemukan diatas pada hakikatnya hanya merupakan sub fungsi dari satu-satunya fungsi utama bahasa yaitu sebagai “alat komunikasi manusia atau sistem komunikasi atau dengan tujuan komunikasi (Corder, 1975:32). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para pelajar dapat berkomunikasi dengan bahasa yang dia pelajari. Melalui penguasaan bahasa yang dipelajari, para pelajar dapat berinteraksi melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya dalam lembaga-lembaga sosial di mana mereka berada.

II.Status Pengajaran Bahasa
1.Sebagai Bahasa Pertama
Suatu bahasa berperan sebagai bahasa pertama bila masyarakat penuturnya mengenal bahasa ini sejak lahir, diperoleh melalui proses pemerolehan. Tingkat pendidikan, kelompok etnik, kelas sosial atau lokasi geografis dapat menyebabkan perbedaan variasi dan dialek antar para penutur, namun pada umumnya mereka saling berkomunikasi dalam bahasa ini. Contoh pertama antara lain bahasa Inggris yang digunakan orang-orang Inggris, Irlandia, Australia, Selandia Baru, Barbados, Jamaica, Trinidad, Amerika Serikat, Canada dan Guyana.
2.Sebagai Bahasa Kedua
Peran bahasa kedua tidak sama dengan bahasa pertama. “Bahasa kedua selalu digunakan bersama-sama dengan bahasa pertama atau bahasa lainnnya. Umumnya digunakan dalam kegiatan pendidikan, pemerintahan atau untuk bisnis. Penuturnya sering menganggapnya sebagai bahasa lokal (sendiri), dan bukan sebagai bahasa asing” (Richards, 1979). Contoh bahasa kedua dapat dilihat pada penggunaan bahasa Inggris di Nigeria, India dan Singapura.
3.Sebagai Bahasa Asing
Bahasa yang berperan sebagai bahasa asing pada umumnya tidak dugunakan sebagai bahasa resmi. Walaupun demikian dinilai penting untuk diketahui dan dipelajari di sekolah, akademi atau universitas karena akan berguna kelak di masyarakat, tempat kerja dan lain-lain.
4.Sarana Distribusi Informasi Tertulis
Status dan peran ini jarang diperhatikan oleh bahasa-bahasa di dunia kecuali bahasa Inggris. Berbagai pengetahuan dapat dibaca karena di tulis dalam bahasa Inggris yang telah di ketahui oleh sebagian besar warga dunia. Informasi tertulis dimaksud pada umumnya memuat pengetahuan olmiah, komersial, ekonomi dan teknologi.
5.Lingua Franca
Lingua franca dari bahasa Italia yang artinya adalah “bahasa bangsa Frank” adalah sebuah istilah linguistik yang artinya adalah “bahasa pengantar” atau “bahasa pergaulan” di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah ketika turis Swedia berkunjung ke Italia, mereka menggunakan bahasa Inggris selama perjalanan. Di Bali wisatawan Perancis menanyakan informasi hotel dalam bahasa Inggris. Para penerbang yang ingin mendarat di suatu bandar udara selalu berkomunikasi dalam salah satu dari empat bahasa yang telah disepakati (Inggris, Perancis, Spanyol dan Rusia). Dari keempat bahasa tersebut yang paling populer adalah bahasa Inggris. Orang-orang dari negara-negara penutur bahasa Inggris mampu berkomunikasi dengan semua penduduk dunia dalam bahasa Inggris tanpa mengalami kendala yang berarti. Dengan gambaran ini kita melihat betapa bahasa Inggris selaku lingua franca memiliki status yang sangat tinggi di tengah masyarakat bahasa-bahasa di dunia.

6.Bahasa Untuk Tujuan Khusus
Setelah perang dunia kedua, pada tahun 1945 muncullah era baru yang merupakan ekspansi kegiatan ilmiah, teknologi dan ekonomi dalam skala internasional. Ekspansi tersebut ditandai oleh dua daya dorong yang luar biasa, yakni teknologi dan perdagangan. Kedua daya dorong ini menuntut penguasaan akan bahasa yang menginformasikan tentang kedua bidang pendorong dimaksud – teknologi dan perdagangan.
Pada awal tahun 1970-an perkembangan diatas di pacu oleh krisis minyak yang melanda dunia. Dana dan keahlian dari dunia barat “mengalir ke Negara-negara berkembang yang kaya minyak”. Pada saat yang bersamaan mengalir pula suatu keterpaksaan untuk memahami bahasa yang dipakai oleh pemilik dana dan keahlian tadi. Kecenderungan tersebut masih berlangsung hingga saat ini, meskipun krisis minyak telah lama teratasi.
III.Kebijaksanaan Bahasa
Status dan peran pengajaran suatu bahasa sebagai bahasa pertama, kedua, asing, tujuan khusus dan lingua franca berbeda-beda dari negara yang satu ke negara lainnya. Keadaan ini sangat tergantung pada kebijaksanaan pemerintah dan tujuan pengajaran bahasa tersebut.
Di Indonesia misalnya telah menjadi kebijaksanaan pemerintah bahwa bahasa Indonesia diajarkan di sekolah sejak sejak tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Pendidikan Tinggi. Ketentuan ini sejalan dengan Kebijaksanaan Pemerintah untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan sebagai pemenuhan atas amanat UUD 1945 pasal 36 yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia”. Dalam kenyataan di lapangan bahasa Indonesia digunakan mayoritas penduduk sebagai bahasa kedua. Karena untuk tujuan pergaulan atau dalam kondisi akrab, masyarakat cenderung menggunakan bahasa daerah.
Berikut adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam bidang kebijaksanaan pengembangan dan pengajaran bahasa menurut Noss (1967) ialah:
a.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang bertanggung jawab dalam hal menetapkan dan menterjemahkan kebijaksanaan mengenai bahasa ke dalam rencana-rencana kurikulum pendidikan.
b.Pusat-pusat Pengembangan Kurikulum yang bertanggung jawab menerjemahkan kurikulum ke dalam silabus dan garis-garis besar pengajaran.
c.Lembaga-lembaga yang bertugas mengajarkan isi kurikulum.
d.Media yang bertanggung jawab meyakinkan masyrakat agar menerima kebijaksanaan bahasa yang ditetapkan.
e.Lembaga Riset Pendidikan berfungsi mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan pengajaran bahasa.
f.Lembaga Pendidikan Guru bertanggung jawab atas penyediaan tenaga pengajar bahasa.
g.Lembaga Penerbit yang bertugas menyediakan buku-buku dan bahan pelajaran.
h.Pusat Tes dan Evaluasi yang bertanggung jawab atas penyediaan materi tes berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan.
i.Biro-biro Alih-Bahasa yang bertugas menyediakan pelayanan alih-bahasa baik bagi Pemerintah maupun swasta.
j.Lembaga-lembaga Kebudayaan Asing yang bertugas membantu pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah di bidang bahasa asing.
Di setiap negara selalu dibentuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Pusat Bahasa), untuk mewakili Pemerintah mempersiapkan dan merumuskan tujuan serta sasaran pengajaran bahasa yang di kehendaki Pemerintah. Rumusan tersebut harus selaras dengan sistem pendidikan nasional negara yang bersangkutan.
IV.Pengembangan Kurikulum
Dalam merancang dan menyusun kurikulum pada umumnya orang mengikuti 4 kegiatan yang diusukan Richards (1984) sebagai berikut:
1.Menetapkan kebutuhan dari masing-masing kelompok khusus pembelajar bahasa. Kegiatan ini kita namai analisis kebutuhan.
2.Mengembangkan tujuan-tujuan yang selaras dengan kebutuhan. Langkah ini disebut perumusan sasaran.
3.Memilih kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar yang memungkinkan kebutuhan pembelajar dapat terpenuhi. Hal ini terkait erat dengan desain silabus.
4.Mengevaluasi hasil kegiatan terakhir ini berhubungan dengan evaluasi program pengajaran bahasa.
Dalam mendesain kurikulum, Hutchinson & Waters menempuh 3 pendekatan:
1.Pendekatan “Bertitik Sentral Bahasa”. Penekanan diberikan kepada komponen-komponen kebahasaan (linguistic features) dari kondisi yang dijadikan sasaran.
2.Pendekatan “Bertitik Sentral Ketrampilan”. Penekanan diberikan pada unsur ketrampilan yang diperlukan pembelajar agar mampu memahami dan memproduksi bahasa. Pendekatan ini juga bersandar pada kemampuan menggunakan bahasa secara pragmatic; “memanipulasi” ujaran dan kalimat-kalimat sesuai dengan konteks dan situasi yang sedang di hadapi.
3.Pendekatan “Bertitik Sentral Pembelajaran”. Pendekatan ini memandang suatu kurikulum sebagai dua proses, yaitu proses negosiasi antar unsur-unsur yang terkait dengan kegiatan belajar-mengajar, dan proses dinamis yang dapat berubah-ubah sesuai tuntutan perubahan kebijaksanaan, waktu, biaya dan lain sebagainya.
V.Sumbangan Sosiolinguistik
Interaksi Masyarakat Kelas
Apa yang sesungguhnya terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas? Mata kuliah / pelajaran apa pun yang dipelajari atau di ajarkan di kelas pada hakikatnya merupakan transaksi, tukar-menukar informasi, gagasan, argumentasi dan lain sebagainya dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Dalam pengajaran apa saja, termasuk dalam pengajaran bahasa di kelas, selalu terdapat kemungkinan perubahan-perubahan variasi (ragam) bahasa dalam suatu pertemuan. Jadi antara guru dan siswa-siswi akan digunakan ragam beku, resmi, usaha, santai dan akrab secara bergantian tergantung dari tuntutan sesaat kegiatan di kelas. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan pengajaran di kelas akan selalu menampilkan corak komunikasi “masyarakat multilingual”, jika kita menganggap setiap ragam mewakili satu bahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar