I.Tujuan Pengajaran Bahasa
Pertama-tama
dalam pengajaran bahasa dijumpai 3 komponen utama, yaitu:
1.Pembelajar
2.Materi
3.Pengajar
Titik
sentral dari ketiga komponen tersebut ialah pembelajar, karena dialah yang
membutuhkan materi (bahasa) dan sebagai pendamping diberi kemudahan pengajar.
Jika pembelajar menjadi titik sentral, maka tujuan pengajaran bahasa dapat
ditelusuri melalui analisis terhadap kebutuhan sang pembelajar. Kebutuhan ini
dapat diketahui antara lain dengan mengindentifikasikan fungsi yang menjadi
sasaran pembelajaran.
Nababan (1993:38)
membedakan 4 golongan tujuan atau fungsi suatu bahasa sebagai berikut:
1.Fungsi
kebudayaan
2.Fungsi
kemasyarakatan
3.Fungsi
perorangan
4.Fungsi
pendidikan
Halliday (1976) membagi
fungsi perorangan dalam 6 sub fungsi:
1.Instrumental
2.Menyuruh
3.Interaksi
4.Kepribadian
5.Pemecahan
masalah (heuristic)
6.Khayal
Nababan (1993:66) lebih jauh mengklasifikasikan fungsi pendidikan ke
dalam sub fungsi:
1.Integratif
2.Instrumental
3.Kultural
4.Penalaran
Dari perspektif pengajaran, Van Ek (1975:19) membedakan 6 fungsi
sebagai berikut:
- Fungsi memberikan dan mencari tahu informasi factual
- Mengungkap dan mencari tahu sikap intelektual
- Mengungkap dan mencari tahu sikap emosional
- Mengungkap dan mencari tahu sikap moral
- suasi, dan
- sosialisasi
Semua
fungsi bahasa yang dikemukan diatas pada hakikatnya hanya merupakan sub fungsi
dari satu-satunya fungsi utama bahasa yaitu sebagai “alat komunikasi manusia
atau sistem komunikasi atau dengan tujuan komunikasi (Corder, 1975:32). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para
pelajar dapat berkomunikasi dengan bahasa yang dia pelajari. Melalui penguasaan
bahasa yang dipelajari, para pelajar dapat berinteraksi melaksanakan
fungsi-fungsi sosialnya dalam lembaga-lembaga sosial di mana mereka berada.
II.Status
Pengajaran Bahasa
1.Sebagai
Bahasa Pertama
Suatu bahasa
berperan sebagai bahasa pertama bila masyarakat penuturnya mengenal bahasa ini
sejak lahir, diperoleh melalui proses pemerolehan. Tingkat pendidikan, kelompok
etnik, kelas sosial atau lokasi geografis dapat menyebabkan perbedaan variasi
dan dialek antar para penutur, namun pada umumnya mereka saling berkomunikasi
dalam bahasa ini. Contoh pertama antara lain bahasa Inggris yang digunakan
orang-orang Inggris, Irlandia, Australia, Selandia Baru, Barbados, Jamaica,
Trinidad, Amerika Serikat, Canada dan Guyana.
2.Sebagai
Bahasa Kedua
Peran bahasa
kedua tidak sama dengan bahasa pertama. “Bahasa kedua selalu digunakan
bersama-sama dengan bahasa pertama atau bahasa lainnnya. Umumnya digunakan
dalam kegiatan pendidikan, pemerintahan atau untuk bisnis. Penuturnya sering
menganggapnya sebagai bahasa lokal (sendiri), dan bukan sebagai bahasa asing”
(Richards, 1979). Contoh bahasa kedua dapat dilihat pada penggunaan
bahasa Inggris di Nigeria, India dan Singapura.
3.Sebagai
Bahasa Asing
Bahasa yang
berperan sebagai bahasa asing pada umumnya tidak dugunakan sebagai bahasa
resmi. Walaupun demikian dinilai penting untuk diketahui dan dipelajari di sekolah,
akademi atau universitas karena akan berguna kelak di masyarakat, tempat kerja
dan lain-lain.
4.Sarana
Distribusi Informasi Tertulis
Status dan
peran ini jarang diperhatikan oleh bahasa-bahasa di dunia kecuali bahasa
Inggris. Berbagai pengetahuan dapat dibaca karena di tulis dalam bahasa Inggris
yang telah di ketahui oleh sebagian besar warga dunia. Informasi
tertulis dimaksud pada umumnya memuat pengetahuan olmiah, komersial, ekonomi
dan teknologi.
5.Lingua
Franca
Lingua
franca dari bahasa Italia yang artinya adalah “bahasa bangsa Frank” adalah
sebuah istilah linguistik yang artinya adalah “bahasa pengantar” atau “bahasa
pergaulan” di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda.
Sebagai contoh adalah ketika turis Swedia berkunjung ke Italia, mereka
menggunakan bahasa Inggris selama perjalanan. Di Bali wisatawan Perancis
menanyakan informasi hotel dalam bahasa Inggris. Para
penerbang yang ingin mendarat di suatu bandar udara selalu berkomunikasi dalam
salah satu dari empat bahasa yang telah disepakati (Inggris, Perancis, Spanyol
dan Rusia). Dari keempat bahasa tersebut yang paling populer adalah bahasa
Inggris. Orang-orang dari negara-negara penutur bahasa Inggris mampu
berkomunikasi dengan semua penduduk dunia dalam bahasa Inggris tanpa mengalami
kendala yang berarti. Dengan gambaran ini kita melihat betapa bahasa Inggris
selaku lingua franca memiliki status yang sangat tinggi di tengah masyarakat
bahasa-bahasa di dunia.
6.Bahasa
Untuk Tujuan Khusus
Setelah
perang dunia kedua, pada tahun 1945 muncullah era baru yang merupakan ekspansi
kegiatan ilmiah, teknologi dan ekonomi dalam skala internasional. Ekspansi
tersebut ditandai oleh dua daya dorong yang luar biasa, yakni teknologi dan
perdagangan. Kedua daya dorong ini menuntut penguasaan akan bahasa yang
menginformasikan tentang kedua bidang pendorong dimaksud – teknologi dan
perdagangan.
Pada awal
tahun 1970-an perkembangan diatas di pacu oleh krisis minyak yang melanda
dunia. Dana dan keahlian dari dunia barat “mengalir ke Negara-negara berkembang
yang kaya minyak”. Pada saat yang bersamaan mengalir pula suatu keterpaksaan
untuk memahami bahasa yang dipakai oleh pemilik dana dan keahlian tadi. Kecenderungan
tersebut masih berlangsung hingga saat ini, meskipun krisis minyak telah lama
teratasi.
III.Kebijaksanaan
Bahasa
Status
dan peran pengajaran suatu bahasa sebagai bahasa pertama, kedua, asing, tujuan
khusus dan lingua franca berbeda-beda dari negara yang satu ke negara lainnya.
Keadaan ini sangat tergantung pada kebijaksanaan pemerintah dan tujuan
pengajaran bahasa tersebut.
Di
Indonesia misalnya telah menjadi kebijaksanaan pemerintah bahwa bahasa
Indonesia diajarkan di sekolah sejak sejak tingkat Sekolah Dasar sampai dengan
Pendidikan Tinggi. Ketentuan ini sejalan dengan Kebijaksanaan Pemerintah untuk
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan sebagai pemenuhan atas
amanat UUD 1945 pasal 36 yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah bahasa
Indonesia”. Dalam kenyataan di lapangan bahasa Indonesia digunakan mayoritas
penduduk sebagai bahasa kedua. Karena untuk tujuan pergaulan atau dalam kondisi
akrab, masyarakat cenderung menggunakan bahasa daerah.
Berikut
adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam bidang kebijaksanaan
pengembangan dan pengajaran bahasa menurut Noss (1967) ialah:
a.Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang bertanggung jawab dalam hal menetapkan dan
menterjemahkan kebijaksanaan mengenai bahasa ke dalam rencana-rencana kurikulum
pendidikan.
b.Pusat-pusat
Pengembangan Kurikulum yang bertanggung jawab menerjemahkan kurikulum ke dalam
silabus dan garis-garis besar pengajaran.
c.Lembaga-lembaga yang bertugas mengajarkan isi
kurikulum.
d.Media yang bertanggung jawab meyakinkan masyrakat
agar menerima kebijaksanaan bahasa yang ditetapkan.
e.Lembaga Riset Pendidikan berfungsi mengevaluasi
keefektifan dan keberhasilan pengajaran bahasa.
f.Lembaga Pendidikan Guru bertanggung jawab atas
penyediaan tenaga pengajar bahasa.
g.Lembaga Penerbit yang bertugas menyediakan buku-buku
dan bahan pelajaran.
h.Pusat Tes
dan Evaluasi yang bertanggung jawab atas penyediaan materi tes berdasarkan
kurikulum yang telah ditetapkan.
i.Biro-biro
Alih-Bahasa yang bertugas menyediakan pelayanan alih-bahasa baik bagi
Pemerintah maupun swasta.
j.Lembaga-lembaga
Kebudayaan Asing yang bertugas membantu pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah di
bidang bahasa asing.
Di
setiap negara selalu dibentuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Pusat
Bahasa), untuk mewakili Pemerintah mempersiapkan dan merumuskan tujuan serta
sasaran pengajaran bahasa yang di kehendaki Pemerintah. Rumusan
tersebut harus selaras dengan sistem pendidikan nasional negara yang
bersangkutan.
IV.Pengembangan
Kurikulum
Dalam
merancang dan menyusun kurikulum pada umumnya orang mengikuti 4 kegiatan yang
diusukan Richards (1984) sebagai berikut:
1.Menetapkan
kebutuhan dari masing-masing kelompok khusus pembelajar bahasa. Kegiatan ini
kita namai analisis kebutuhan.
2.Mengembangkan
tujuan-tujuan yang selaras dengan kebutuhan. Langkah ini disebut perumusan sasaran.
3.Memilih
kegiatan dan pengalaman belajar-mengajar yang memungkinkan kebutuhan pembelajar
dapat terpenuhi. Hal ini terkait erat dengan desain silabus.
4.Mengevaluasi hasil kegiatan terakhir ini
berhubungan dengan evaluasi program pengajaran bahasa.
Dalam mendesain kurikulum, Hutchinson & Waters menempuh 3
pendekatan:
1.Pendekatan
“Bertitik Sentral Bahasa”. Penekanan diberikan kepada
komponen-komponen kebahasaan (linguistic features) dari kondisi yang dijadikan
sasaran.
2.Pendekatan “Bertitik Sentral
Ketrampilan”. Penekanan diberikan pada unsur ketrampilan yang
diperlukan pembelajar agar mampu memahami dan memproduksi bahasa. Pendekatan
ini juga bersandar pada kemampuan menggunakan bahasa secara pragmatic;
“memanipulasi” ujaran dan kalimat-kalimat sesuai dengan konteks dan situasi yang
sedang di hadapi.
3.Pendekatan “Bertitik Sentral
Pembelajaran”. Pendekatan ini memandang suatu kurikulum sebagai
dua proses, yaitu proses negosiasi antar unsur-unsur yang terkait dengan
kegiatan belajar-mengajar, dan proses dinamis yang dapat berubah-ubah sesuai
tuntutan perubahan kebijaksanaan, waktu, biaya dan lain sebagainya.
V.Sumbangan
Sosiolinguistik
Interaksi Masyarakat
Kelas
Apa
yang sesungguhnya terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas? Mata kuliah
/ pelajaran apa pun yang dipelajari atau di ajarkan di kelas pada hakikatnya
merupakan transaksi, tukar-menukar informasi, gagasan, argumentasi dan lain
sebagainya dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Dalam
pengajaran apa saja, termasuk dalam pengajaran bahasa di kelas, selalu terdapat
kemungkinan perubahan-perubahan variasi (ragam) bahasa dalam suatu pertemuan.
Jadi antara guru dan siswa-siswi akan digunakan ragam beku, resmi, usaha,
santai dan akrab secara bergantian tergantung dari tuntutan sesaat kegiatan di
kelas. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan pengajaran di
kelas akan selalu menampilkan corak komunikasi “masyarakat multilingual”, jika
kita menganggap setiap ragam mewakili satu bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar