BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pengajaran bahasa dijumpai 3 komponen utama,
yaitu: Pembelajar, materi, dan pengajar. Titik sentral dari ketiga komponen
tersebut ialah pembelajar, karena dialah yang membutuhkan materi (bahasa) dan
sebagai pendamping diberi kemudahan pengajar. Jika pembelajar menjadi titik
sentral, maka tujuan pengajaran bahasa dapat ditelusuri melalui analisis
terhadap kebutuhan sang pembelajar. Kebutuhan ini dapat diketahui antara lain
dengan mengindentifikasikan fungsi yang menjadi sasaran pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya
peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat
kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program
pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas
program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas
program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan
pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program
pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah
berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program
yang lebih baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak
dapat ditinggalkan.
Ada tiga
istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan
penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara
untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui
respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008:
67). Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa
kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes
terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes
merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and
merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu
membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah
penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan
pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk
mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi
yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan
serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Widodo (1995:6) mengatakan bahwa Dalam evaluasi
proses pembelajaran, banyak hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses
belajar mengajar. Berkaitan dengan evaluasi hasil pembelajaran, permasalahan
yang sering dihadapi oleh pengajar, antara lain: bentuk, jenis dan kualifikasi alat
ukur yang digunakan. Kondisi seperti ini akan selalu dialami pengajar ketika
melaksanakan tes penentuan level, baik untuk kepentingan placement tes, pre
tes, maupun tes akhir program. Sehubungan dengan masalah tersebut di atas,
dalam makalah ini akan dibahas: (1) aspek-aspek bahasa yang dipelajari, (2)
evaluasi hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan
informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa
(the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak
untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi
adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan. istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu
tes, pengukuran, dan penilaian. (test, measurement,and assessment). Pada
dasarnya, tes dilakukan untuk keuntungan kedua belah pihak, yaitu pembelajar
dan pebelajar. Tujuan tes ialah untuk menjajaki seberapa besar kemam-puan
pembelajar dalam menyampaikan materi kepada pebelajar dan bagi pebelajar
sebagai penjajagan seberapa banyak materi yang mampu mereka serap selama proses
pembelajaran. Dari hasil tes, pembelajar/penyusun silabus dapat mengubah/
memperbaiki silabus, metode, dan media. Tes merupakan pengumpul informasi
(Zuhud,1995:10). Menurut Djiwandono, (1996) Tes bunyi bahasa merupakan tes
untuk menilai ketepatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dan mengidentifikasi
bunyi-bunyi yang didengar atau diperdengarkan. Penguasaan bunyi bahasa
merupakan salah satu tujuan pengajaran yang sangat penting.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda
dengan evaluasi. asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara
formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan
pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang
menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program,
tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi.
“processes that provide information about individual students, about curricula
or programs, about institutions, or about entire systems of institutions”.
Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau
penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,
mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat
digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun
tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif
tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan
program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi
yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan
apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan
untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan
yang terkait dengan program.
Pada dasarnya, tujuan orang belajar bahasa agar
pebelajar terampil berbahasa. Komunikasi berjalan baik jika pebelajar terampil
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Agar terampil dalam keempat
keterampilan berbahasa tersebut, mereka perlu menguasai hal-hal yang berkaitan
dengan aspek kebahasaan, seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Bahasa
sehari-hari untuk kepentingan praktis digunakan dalam situasi tidak formal.
Dengan demikian, bentuk bahasa yang sesuai bercirikan ketidakformalan, seperti:
(1) kalimatnya sederhana atau bahkan tidak lengkap, (2) kosa kata tidak baku, (3) bentuk kata
tidak formal, dan (4) imbuhan dan kata tugas hilang. Untuk situasi formal,
bentuk bahasa yang sesuai bercirikan keformalan, seperti (1) kosa kata baku,
(2) imbuhan dan kata tugas lengkap, (3) susunan kalimat baku, dan (4)
unsur-unsurnya lengka
3. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai
suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang
diperlukan sebagai dasar untuk membuat alternatif keputusan. Dengan demikian,
setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja
direncanakan untuk memperoleh informasi atau data (Rosidi, Situs Internet.
kajian-bahasa). Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung tujuan
evaluasi yang direncanakan.
Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran,
pengertian evaluasi sebagai suatu proses sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan tentang ketercapai tujuan pengajaran. (Rosidi, Situs
Internet. kajian-bahasa) mengemukakan bahwa evaluasi ialah penafsiran terhadap
pertum-buhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang
telah ditetapkan dalam kurikulum.
Mengenai hubungan antara evaluasi dengan
pengajaran,merupakan langkah awal pengajaran. Tanpa pengukuran tidak akan
terjadi penilaian. Tanpa penilaian tidak akan terjadi umpan balik. Tanpa umpan
balik tidak akan diperoleh pengetahuan yang baik tentang hasil. Tanpa
pengetahuan tentang hasil tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam
belajar.
Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat (1) mengetahui
apakah pebelajar mampu menguasai materi yang telah diajarkan, (2) apakah mereka
bersikap sebagaimana yang diharapkan, (3) apakah mereka telah memiliki
keterampilan berbahasa, (4) mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan, dan (5) menentukan kebijakan selanjutnya.
Tujuan pengajaran bahasa meliputi ranah pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Oleh sebab itu, model evaluasi yang diterapkan juga
mengacu ketiga ranah tersebut. Bila tidak demikian, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dari pebelajar tidak dapat diketahui dengan pasti.
Padahal, kepastian hasil evaluasi inilah yang dijadikan titik tolak untuk
menentukan kebijakan selanjutnya.
Bentuk alat ukur evaluasi dapat berupa tes dan nontes.
Bentuk alat ukur yang berupa tes dapat digunakan untuk menguji kompetensi (1)
struktur dan ekspresi tulis, (2) kosakata dan membaca, serta (3) menyimak.
Ujian menyimak biasanya merupa-kan ujian yang berat bagi pebelajar. Mereka
sering cemas dan tegang sebelum atau pada waktu ujian dilaksanakan. Untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan itu dapat dimaksudkan selingan musik
instrumentalia di sela-sela naskah ujian. Nontes digunakan untuk menguji
kompetensi (1) berbicara dan (2) menulis dengan bentuk penugasan. Melalui
pengamatan, pengukuran kompetensi berbicara dan menulis dila-kukan. Untuk
melakukan penskoran digunakan lembar pengamatan yang dilengkapi skala
berjenjang.
3.1 Evaluasi Keterampilan
Berbahasa
Keterampilan berbahasa merupakan kiat menggunakan
setiap aspek kebaha-saan dalam setiap perilaku berbahasa. Keterampilan
berbahasa mencakup menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan
menyimak termasuk keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis
termasuk keterampilan produktif.
3.1.1. Evaluasi Keterampilan Menyimak
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama
kali dikuasai anak sebelum menguasaai keterampilan berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan menyimak pada hakikatnya lebih bersifat kognitif dengan
aspek yang lebih tinggi. Kemampuan ini mencakup menerima, menganalisis,
memahami, dan menyimpulkan informasi lisan yang disampaikan dalam bahasa
target.
Teknik evaluasi yang dapat dilakukan dipaparkan berikut.
1)
Menyebutkan/menuliskan kembali suatu
informasi sederhana (fonem, nama sesuatu, jumlah, keadaan sesuatu, peristiwa,
dan lain-lain)
2)
Menyebutkan/menuliskan kembali
deskripsi atau uraian suatu peristiwa, benda,
keadaan, sebab akibat, dan lain-lain.
3)
Menyebutkan/menuliskan kembali suatu hal (kelahiran,
pengalaman kawan-kawan, dan lain-lain).
4)
Menyebutkan/menuliskan kembali suatu cerita.
5)
Menyimpulkan suatu percakapan.
6)
Menjawab suat pertanyaan dari suatu soal (objektif,
esai berstuktural, atau esai bebas).
7)
Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari sebuah
cerita.
8)
Memperbaiki ucapan-ucapan yang salah yang tidak sesuai
dengan bahasa tatget.
Tes Menyimak
Tes menyimak adalah tes yang tidak hanya untuk
mengetahui apakah seseorang mendengarkan atau tidak, tetapi juga untuk mengukur
kemampuan seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya. Sampel yang
disimakkan dalam tes ini dapat berupa satu kalimat perintah, pertanyaan, atau
pernyataan tentang fakta; juga berupa simulasi percakapan singkat atau uraian
wacana ekspositori.
3.1.2. Evaluasi Keterampilan Membaca
Evaluasi keterampilan membaca dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan pebelajar (1) memahami informasi, (2) menerima,
mengklafikasi, menganalisis, dan menyimpulkan informasi, (3) ketepatan lafal
dan intonasi ketika membaca tes dalam bahasa target.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan membaca dipaparkan berikut.
1.
Membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat
2.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan
3.
Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari cerita
yang dibaca
4.
Mengindentifikasi, mengklasifiksi, dan menyimpulkan
bahan bacaan
5.
Menentukan kata sulit, umum, dan khusus, homonim,
homofon, hiponim, sinonim, dan antonim.
6.
Melengkapi bagian-bagian tertentu dari bacaan yang
sengaja dihilangkan (teknik klose)
7.
Menyusun kembali rangkaian informasi yang kurang tepat
dari suatu bacaan dalam bahasa target
Tes Membaca
Kegiatan membaca ada bermacam-macan di antaranya membaca
cepat, membaca sekilas, membaca keras, dan membaca pemahaman. Pembedaan jenis membaca
itu dapat didasarkan atas tujuannya atau teknisnya. Dalam tulisan ini, membaca
yang dimaksud adalah membaca pemahaman, atau membaca untuk memahami isi bacaan.
Tes membaca memerlukan teks. Untuk memilih (Rosidi,
Situs Internet. kajian-bahasa) memberikan nasihat sebagai berikut:
1.
Ingatlah selalu spesifikasinya dan cobalah memilih
sampel yang representatif dan jangan mengulangi memilih
teks yang semacam hanya karena tersedia;
2.
Pilihlah teks yang panjangnya sesuai;
3.
Agar mendapatkan reliabilitas yang dapat
diterima, masukkan kutipan sebanyak mungkin
dalam tes itu;
4.
Untuk tes membaca sekilas, carilah kutipan
yang mengandung banyak informasi terpisah;
5.
Pilihlah teks yang menarik bagi peserta, tetapi yang
tidak terlalu mengagumkan atau mengganggu mereka;
6.
Hindari teks yang merupakan informasi yang mungkin
bagian dari pengetahuan umum calon;
7.
Anggaplah bahwa hanya kemampuan membaca yang akan
dites, jangan memilih teks yang terlalu bermuatan
budaya; dan
8.
Jangan menggunakan teks yang telah dibaca oleh siswa.
Bentuk tes membaca pemahaman meliputi; (1) tes membaca pemahaman literal,
(2) tes membaca pemahaman interpretatif, dan (3) tes pemahaman membaca kritis.
3.1.3. Evaluasi Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara sangat komplek karena tidak hanya
menuntut pemahaman terhadap masalah yang akan diinformasikan, tetapi juga
menuntut kemampuan menggunakan perangkat kebahasaan dan nonkebahasaan. Evaluasi
keterampilan berbicara dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan pebelajar dalam
menggunakan bahasa target secara lisan untuk menyampaikan pikiran, perasaan,
dan keberadaannya.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan dipaparkan berikut.
1.
Mengucapkan huruf, nama, keadaan dalam bahasa target.
2.
Menceritakan kembali dialog, cerita, peristiwa yang
didengar atau yang dibaca.
3.
Menceritakan gambar.
4.
Melakukan wawancara.
5.
Menyampaikan pengalaman, peristiwa, ilmu pengetahuan
seecara lisan.
6.
Menjawab pertanyaan sederhana dan komplek.
7.
Bermain peran.
Tes Berbicara
Tes berbicara umumnya dianggap tes yang paling sukar.
Salah satu sebabnya adalah bahwa hakikat keterampilan berbicara itu sendiri
sukar didefinisikan. Pengalaman dalam kenyataan menunjukkan bahwa ada orang
yang disebut pendiam, ada juga yang banyak bicara, tetapi kalau berbicara,
kualitasnya ditinjau dari segi pilihan kata, tata bahasa, dan penalarannya,
orang yang termasuk banyak bicara tadi belum tentu lebih baik. Orang yang
pandai atau berpendidikan tinggi juga belum tentu pembicara-annya lancar dan
mudah dipahami.
3.1.4. Evaluasi Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan kiat menggunakan
pola-pola lisan dalam menyampaikan suatu informasi. Dalam menulis, orang tidak
hanya dituntut menguasai materi yang akan ditulis, tetapi juga mempu
menggunakan perangkat kebahasaan secara tertulis. Penggunaan perangkat kebahasaan
secara tertulis menjadi inti kegiatan menulis sebab penggunaan perangkat bahasa
tulis berbeda dengan penggunaan perangkat kebahasaan secara lisan.
Evaluasi keterampilan menulis bertujuan mengetahui
kemampuan pebelajar dalam menyampikan ide, perasaan, dan pikirannya, serta
menggunakan perangkat bahasa target secara tulis.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan dipaparkan berikut.
1.
Menulis huruf, nama, peristiwa, dan keadaan yang
diperdengarkan, diperlihatkan, dan bicara.
2.
Menyampaikan kembali secara tertulis suatu cerita,
dialog, peristiwa yang didengar atau dibaca.
3.
Menuliskan cerita berdasarkan gambar atau rangkaian
gambar.
4.
Melaporkan pengalaman, peristiwa, pekerjaan, atau
perjalanan secara tulis.
5.
Menjawab pertanyaan sederhana atau komplek secara
tulis.
6.
Membuat karangan berdasarkan tema tertentu.
7.
Menggunakan ejaan dan tanda baca secara tetap.
Tes Menulis
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang melibatkan
berbagai kemampuan dan keterampilan secara terpadu. Tujuan pembelajaran menulis
dapat dibedakan menjadi dua, yakni: (1) siswa mampu mengungkapkan unsur-unsur
kebahasaan, seperti ejaan, kosakata, struktur kalimat, dan pemakaian paragraph,
dan (2) siswa mampu mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan yang sesuai
dengan konteks (pragmatik).
Tes kemampuan menulis juga ada beberapa macam. Hal ini
disamping disebabkan oleh adanya tahapan dalam pengajaran menulis, juga karena
ada banyak faktor yang dapat dinilai, seperti mekanis, kosakata, tata bahasa,
ketetapan isi, diksi, retorika, logika, dan gaya (Rosidi, Stus Internet. kajian-bahasa).
(Rosidi, Stus Internet. kajian-bahasa) mengatakan bahwa
tes menulis dapat disikapi dalam dua aspek, yakni sebagai tes proses (tes
menulis sebagai proses) dan tes produk (tes menulis sebagai produk). Oleh
karena itu disarankan agar tes menggunakan postofolio, yaitu koleksi segala
dokumentasi dan aktivitas siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, dan
pencapaian siswa dalam satu atau beberapa bidang tertentu yang dapat digunakan
sebagai alternatif atau pelengkap kegiatan tes.
Cara langsung untuk mengukur kemampuan menulis seseorang
adalah dengan menyuruh seseorang itu menulis. Akan tetepi, tes bentuk esai ini
banyak kelemahannya. Di samping itu, kemampuan menulis juga dapat diukur dengan
tes objektif. Baik tes bentuk esai maupun bentuk objektif mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Apalagi jumlah peserta tes besar jumlahnya, tes objektif akan
lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran
memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan
karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi
dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan
kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap
kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat
melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program
pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah
berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program
yang lebih baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang
tidak dapat ditinggalkan.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Evaluasi
dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar
untuk membuat alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi
atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk
memperoleh informasi atau data
DAFTAR PUSTAKA
Djemari
Mardapi. ( 2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra cendekia.
Djiwandono,
M.S.. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung:
ITB
Rosidi. Situs Internet. kajian-bahasa.
Rosidi. Situs Internet. kajian-bahasa.
Widodo,
H.S. 1995. Tenaga Pengajar: Sosok dan Problematikanya dalam Penyelenggaraan
Program Pembelajaran bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. Jakarta:
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Zuhud,
D. A. 1995. Faktor-faktor Kondusif dalam Mempersiapkan Silabus dan Materi
Proses Belajar Mengajar bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Jakarta:
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar