Laman

Jumat, 18 September 2015

PROSEDUR EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA





BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pengajaran bahasa dijumpai 3 komponen utama, yaitu: Pembelajar, materi, dan pengajar. Titik sentral dari ketiga komponen tersebut ialah pembelajar, karena dialah yang membutuhkan materi (bahasa) dan sebagai pendamping diberi kemudahan pengajar. Jika pembelajar menjadi titik sentral, maka tujuan pengajaran bahasa dapat ditelusuri melalui analisis terhadap kebutuhan sang pembelajar. Kebutuhan ini dapat diketahui antara lain dengan mengindentifikasikan fungsi yang menjadi sasaran pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik,  hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan (Djemari Mardapi, 2008: 67). Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut,  inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Widodo (1995:6) mengatakan bahwa Dalam evaluasi proses pembelajaran, banyak hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar. Berkaitan dengan evaluasi hasil pembelajaran, permasalahan yang sering dihadapi oleh pengajar, antara lain: bentuk, jenis dan kualifikasi alat ukur yang digunakan. Kondisi seperti ini akan selalu dialami pengajar ketika melaksanakan tes penentuan level, baik untuk kepentingan placement tes, pre tes, maupun tes akhir program. Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, dalam makalah ini akan dibahas: (1) aspek-aspek bahasa yang dipelajari, (2) evaluasi hasil belajar.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Konsep Dasar Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut,  inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. (test, measurement,and assessment). Pada dasarnya, tes dilakukan untuk keuntungan kedua belah pihak, yaitu pembelajar dan pebelajar. Tujuan tes ialah untuk menjajaki seberapa besar kemam-puan pembelajar dalam menyampaikan materi kepada pebelajar dan bagi pebelajar sebagai penjajagan seberapa banyak materi yang mampu mereka serap selama proses pembelajaran. Dari hasil tes, pembelajar/penyusun silabus dapat mengubah/ memperbaiki silabus, metode, dan media. Tes merupakan pengumpul informasi (Zuhud,1995:10). Menurut Djiwandono, (1996) Tes bunyi bahasa merupakan tes untuk menilai ketepatan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dan mengidentifikasi bunyi-bunyi yang didengar atau diperdengarkan. Penguasaan bunyi bahasa merupakan salah satu tujuan pengajaran yang sangat penting.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. asesmen dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi. “processes that provide information about individual students, about curricula or programs, about institutions, or about entire systems of institutions”. Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment atau penilaian dapat diartikan sebagai  kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.
Pada dasarnya, tujuan orang belajar bahasa agar pebelajar terampil berbahasa. Komunikasi berjalan baik jika pebelajar terampil menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Agar terampil dalam keempat keterampilan berbahasa tersebut, mereka perlu menguasai hal-hal yang berkaitan dengan aspek kebahasaan, seperti: fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
 Bahasa sehari-hari untuk kepentingan praktis digunakan dalam situasi tidak formal. Dengan demikian, bentuk bahasa yang sesuai bercirikan ketidakformalan, seperti: (1) kalimatnya sederhana atau bahkan tidak lengkap, (2) kosa kata tidak baku, (3) bentuk kata tidak formal, dan (4) imbuhan dan kata tugas hilang. Untuk situasi formal, bentuk bahasa yang sesuai bercirikan keformalan, seperti (1) kosa kata baku, (2) imbuhan dan kata tugas lengkap, (3) susunan kalimat baku, dan (4) unsur-unsurnya lengka

3. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk membuat alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data (Rosidi, Situs Internet. kajian-bahasa). Informasi atau data yang dikumpulkan haruslah mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan.
Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, pengertian evaluasi sebagai suatu proses sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapai tujuan pengajaran. (Rosidi, Situs Internet. kajian-bahasa) mengemukakan bahwa evaluasi ialah penafsiran terhadap pertum-buhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Mengenai hubungan antara evaluasi dengan pengajaran,merupakan langkah awal pengajaran. Tanpa pengukuran tidak akan terjadi penilaian. Tanpa penilaian tidak akan terjadi umpan balik. Tanpa umpan balik tidak akan diperoleh pengetahuan yang baik tentang hasil. Tanpa pengetahuan tentang hasil tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam belajar.
Melalui evaluasi, seorang pengajar dapat (1) mengetahui apakah pebelajar mampu menguasai materi yang telah diajarkan, (2) apakah mereka bersikap sebagaimana yang diharapkan, (3) apakah mereka telah memiliki keterampilan berbahasa, (4) mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dan (5) menentukan kebijakan selanjutnya.
Tujuan pengajaran bahasa meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh sebab itu, model evaluasi yang diterapkan juga mengacu ketiga ranah tersebut. Bila tidak demikian, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dari pebelajar tidak dapat diketahui dengan pasti. Padahal, kepastian hasil evaluasi inilah yang dijadikan titik tolak untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
Bentuk alat ukur evaluasi dapat berupa tes dan nontes. Bentuk alat ukur yang berupa tes dapat digunakan untuk menguji kompetensi (1) struktur dan ekspresi tulis, (2) kosakata dan membaca, serta (3) menyimak. Ujian menyimak biasanya merupa-kan ujian yang berat bagi pebelajar. Mereka sering cemas dan tegang sebelum atau pada waktu ujian dilaksanakan. Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan itu dapat dimaksudkan selingan musik instrumentalia di sela-sela naskah ujian. Nontes digunakan untuk menguji kompetensi (1) berbicara dan (2) menulis dengan bentuk penugasan. Melalui pengamatan, pengukuran kompetensi berbicara dan menulis dila-kukan. Untuk melakukan penskoran digunakan lembar pengamatan yang dilengkapi skala berjenjang.
3.1 Evaluasi Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa merupakan kiat menggunakan setiap aspek kebaha-saan dalam setiap perilaku berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan menyimak termasuk keterampilan reseptif, sedangkan berbicara dan menulis termasuk keterampilan produktif.
3.1.1. Evaluasi Keterampilan Menyimak
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai anak sebelum menguasaai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak pada hakikatnya lebih bersifat kognitif dengan aspek yang lebih tinggi. Kemampuan ini mencakup menerima, menganalisis, memahami, dan menyimpulkan informasi lisan yang disampaikan dalam bahasa target.
Teknik evaluasi yang dapat dilakukan dipaparkan berikut.
1)      Menyebutkan/menuliskan   kembali suatu informasi sederhana (fonem, nama sesuatu, jumlah, keadaan sesuatu, peristiwa, dan lain-lain)
2)      Menyebutkan/menuliskan   kembali  deskripsi  atau  uraian  suatu peristiwa, benda,     keadaan, sebab akibat, dan lain-lain.
3)      Menyebutkan/menuliskan kembali suatu hal (kelahiran, pengalaman kawan-kawan, dan     lain-lain).
4)      Menyebutkan/menuliskan kembali suatu cerita.
5)      Menyimpulkan suatu percakapan.
6)      Menjawab suat pertanyaan dari suatu soal (objektif, esai berstuktural, atau esai bebas).
7)      Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari sebuah cerita.
8)      Memperbaiki ucapan-ucapan yang salah yang tidak sesuai dengan bahasa tatget.
Tes Menyimak
Tes menyimak adalah tes yang tidak hanya untuk mengetahui apakah seseorang mendengarkan atau tidak, tetapi juga untuk mengukur kemampuan seseorang memahami bahasa lisan yang didengarnya. Sampel yang disimakkan dalam tes ini dapat berupa satu kalimat perintah, pertanyaan, atau pernyataan tentang fakta; juga berupa simulasi percakapan singkat atau uraian wacana ekspositori.

3.1.2.      Evaluasi Keterampilan Membaca
Evaluasi keterampilan membaca dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan pebelajar (1) memahami informasi, (2) menerima, mengklafikasi, menganalisis, dan menyimpulkan informasi, (3) ketepatan lafal dan intonasi ketika membaca tes dalam bahasa target.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan membaca dipaparkan berikut.
1.      Membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat
2.      Menjawab pertanyaan-pertanyaan
3.      Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari cerita yang dibaca
4.      Mengindentifikasi, mengklasifiksi, dan menyimpulkan bahan bacaan
5.      Menentukan kata sulit, umum, dan khusus, homonim, homofon, hiponim, sinonim, dan     antonim.
6.      Melengkapi bagian-bagian tertentu dari bacaan yang sengaja dihilangkan (teknik klose)
7.      Menyusun kembali rangkaian informasi yang kurang tepat dari suatu bacaan dalam     bahasa target
Tes Membaca
Kegiatan membaca ada bermacam-macan di antaranya membaca cepat, membaca sekilas, membaca keras, dan membaca pemahaman. Pembedaan jenis membaca itu dapat didasarkan atas tujuannya atau teknisnya. Dalam tulisan ini, membaca yang dimaksud adalah membaca pemahaman, atau membaca untuk memahami isi bacaan.
Tes membaca memerlukan teks. Untuk memilih (Rosidi, Situs Internet. kajian-bahasa) memberikan nasihat sebagai berikut:
1.      Ingatlah selalu spesifikasinya dan cobalah memilih sampel yang representatif dan jangan     mengulangi memilih teks yang semacam hanya karena tersedia;
2.      Pilihlah teks yang panjangnya sesuai;
3.      Agar mendapatkan  reliabilitas yang  dapat diterima,  masukkan  kutipan sebanyak     mungkin dalam tes itu;
4.      Untuk tes membaca sekilas,  carilah  kutipan yang mengandung  banyak informasi     terpisah;
5.      Pilihlah teks yang menarik bagi peserta, tetapi yang tidak terlalu mengagumkan atau     mengganggu mereka;
6.      Hindari teks yang merupakan informasi yang mungkin bagian dari pengetahuan umum     calon;
7.      Anggaplah bahwa hanya kemampuan membaca yang akan dites, jangan memilih teks     yang terlalu bermuatan budaya; dan
8.      Jangan menggunakan teks yang telah dibaca oleh siswa.
Bentuk tes membaca pemahaman meliputi; (1) tes membaca pemahaman literal, (2) tes membaca pemahaman interpretatif, dan (3) tes pemahaman membaca kritis.

3.1.3.      Evaluasi Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara sangat komplek karena tidak hanya menuntut pemahaman terhadap masalah yang akan diinformasikan, tetapi juga menuntut kemampuan menggunakan perangkat kebahasaan dan nonkebahasaan. Evaluasi keterampilan berbicara dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan pebelajar dalam menggunakan bahasa target secara lisan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan keberadaannya.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan dipaparkan berikut.
1.      Mengucapkan huruf, nama, keadaan dalam bahasa target.
2.      Menceritakan kembali dialog, cerita, peristiwa yang didengar atau yang dibaca.
3.      Menceritakan gambar.
4.      Melakukan wawancara.
5.      Menyampaikan pengalaman, peristiwa, ilmu pengetahuan seecara lisan.
6.      Menjawab pertanyaan sederhana dan komplek.
7.      Bermain peran.
Tes Berbicara
Tes berbicara umumnya dianggap tes yang paling sukar. Salah satu sebabnya adalah bahwa hakikat keterampilan berbicara itu sendiri sukar didefinisikan. Pengalaman dalam kenyataan menunjukkan bahwa ada orang yang disebut pendiam, ada juga yang banyak bicara, tetapi kalau berbicara, kualitasnya ditinjau dari segi pilihan kata, tata bahasa, dan penalarannya, orang yang termasuk banyak bicara tadi belum tentu lebih baik. Orang yang pandai atau berpendidikan tinggi juga belum tentu pembicara-annya lancar dan mudah dipahami.

3.1.4.      Evaluasi Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan kiat menggunakan pola-pola lisan dalam menyampaikan suatu informasi. Dalam menulis, orang tidak hanya dituntut menguasai materi yang akan ditulis, tetapi juga mempu menggunakan perangkat kebahasaan secara tertulis. Penggunaan perangkat kebahasaan secara tertulis menjadi inti kegiatan menulis sebab penggunaan perangkat bahasa tulis berbeda dengan penggunaan perangkat kebahasaan secara lisan.
Evaluasi keterampilan menulis bertujuan mengetahui kemampuan pebelajar dalam menyampikan ide, perasaan, dan pikirannya, serta menggunakan perangkat bahasa target secara tulis.
Teknik evaluasi yang dapat digunakan dipaparkan berikut.
1.      Menulis huruf,  nama, peristiwa, dan keadaan yang diperdengarkan, diperlihatkan, dan     bicara.
2.      Menyampaikan kembali secara tertulis suatu cerita, dialog, peristiwa yang didengar atau     dibaca.
3.      Menuliskan cerita berdasarkan gambar atau rangkaian gambar.
4.      Melaporkan pengalaman, peristiwa, pekerjaan, atau perjalanan secara tulis.
5.      Menjawab pertanyaan sederhana atau komplek secara tulis.
6.      Membuat karangan berdasarkan tema tertentu.
7.      Menggunakan ejaan dan tanda baca secara tetap.
Tes Menulis
Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang melibatkan berbagai kemampuan dan keterampilan secara terpadu. Tujuan pembelajaran menulis dapat dibedakan menjadi dua, yakni: (1) siswa mampu mengungkapkan unsur-unsur kebahasaan, seperti ejaan, kosakata, struktur kalimat, dan pemakaian paragraph, dan (2) siswa mampu mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan konteks (pragmatik).
Tes kemampuan menulis juga ada beberapa macam. Hal ini disamping disebabkan oleh adanya tahapan dalam pengajaran menulis, juga karena ada banyak faktor yang dapat dinilai, seperti mekanis, kosakata, tata bahasa, ketetapan isi, diksi, retorika, logika, dan gaya (Rosidi, Stus Internet. kajian-bahasa).
(Rosidi, Stus Internet. kajian-bahasa) mengatakan bahwa tes menulis dapat disikapi dalam dua aspek, yakni sebagai tes proses (tes menulis sebagai proses) dan tes produk (tes menulis sebagai produk). Oleh karena itu disarankan agar tes menggunakan postofolio, yaitu koleksi segala dokumentasi dan aktivitas siswa yang menunjukkan usaha, kemajuan, dan pencapaian siswa dalam satu atau beberapa bidang tertentu yang dapat digunakan sebagai alternatif atau pelengkap kegiatan tes.
Cara langsung untuk mengukur kemampuan menulis seseorang adalah dengan menyuruh seseorang itu menulis. Akan tetepi, tes bentuk esai ini banyak kelemahannya. Di samping itu, kemampuan menulis juga dapat diukur dengan tes objektif. Baik tes bentuk esai maupun bentuk objektif mempunyai kelebihan dan kekurangan. Apalagi jumlah peserta tes besar jumlahnya, tes objektif akan lebih baik.




BAB III
PENUTUP

Pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik, hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.
              Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif keputusan untuk program selanjutnya.
Evaluasi dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi atau data yang diperlukan sebagai dasar untuk membuat alternatif keputusan. Dengan demikian, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data

DAFTAR PUSTAKA

Djemari Mardapi. ( 2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra cendekia.

Djiwandono, M.S.. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB
Rosidi. Situs Internet. kajian-bahasa.

Widodo, H.S. 1995. Tenaga Pengajar: Sosok dan Problematikanya dalam Penyelenggaraan Program Pembelajaran bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Zuhud, D. A. 1995. Faktor-faktor Kondusif dalam Mempersiapkan Silabus dan Materi Proses Belajar Mengajar bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

































Tidak ada komentar:

Posting Komentar