BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara
merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara
manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu berkaitan
dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan
manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di
antaranya komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal
menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi nonverbal menggunakan
sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi
verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Menurut St. Y. Slamet (2008: 6) keterampilan
berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran berbahasa Indonesia adalah
keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan
produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Pengajaran bahasa diawali
dengan keterampilan reseptif kemudian dilanjutkan secara bertahap meningkat ke
keterampilan produktif. Seterusnya, peningkatan keduanya menyatu sebagai
kegiatan berbahasa yang terpadu.
Keterampilan
berbicara di SD standar kompetensinya mempunyai kompetensi dasar antara lain
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dalam bentuk
percakapan sederhana, bercerita, bertelepon, berdiskusi, bermain drama
sederhana, berbalas pantun, berpidato, melaporkan secara lisan, dan membaca
puisi. Hal tersebut tercantum dalam kurikulum satuan pendidikan (KTSP). Salah
satu bentuk keterampilan berbicara yang paling efektif adalah diskusi, karena
di dalam diskusi akan tercipta interaksi antarsiswa baik secara intelektual
maupun secara sosisal emosional. Selain mengantarkan siswa pada tujuan
instruksional juga memberikan tujuan iringan tertentu kepada siswa.
Menurut
Henry Guntur Tarigan (1993: 3) berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa
yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak
dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar yang dipelajari.
Keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif
banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan
berbahasa yang lainnya. Dengan demikian, keterampilan berbicara merupakan dasar
bagi anak untuk dapat menguasai keterampilan berbahasa yang lainnya. Untuk itu
dalam pembelajaran guru harus mengajarkan keterampilan berbicara secara
intensif.
Akan
tetapi, selama ini keterampilan berbicara belum mendapat porsi perhatian yang
lebih dari guru, sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain (menyimak,
membaca, dan menalis) sehingga tidak jarang masih terdapat siswa yang tidak
bisa menyampaikan pesan/informasi dalam bahasa lisan secara baik. Hal ini juga
menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar yang kurang mampu
mengekpresikan diri lewat kegiatan berbicara atau dengan kata lain keterampilan
berbicara siswa masih rendah. Siswa cenderung lancar berkomunikasi dan
mengungkapkan buah pikiran dalam situasi tidak resmi, yaitu di luar sekolah.
Namun, ketika diminta bercerita atau berbicara di depan kelas mereka mengalami
penurunan kelancaran berkomunikasi. Akibatnya, arah pembicaraan menjadi kurang
jelas sehingga inti dari bahasan tidak tersampaikan.
Hal
tersebut juga terjadi pada siswa kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru
bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, pembelajaran berbicara masih
kurang optimal. Hal ini terindikasi dari nilai unjuk kerja siswa dalam
keterampilan berbicara atau lisan pada nilai rata-rata ulangan tengah semester
pertama, hanya 11 orang siswa atau 40.7% dari 27 siswa yang mendapat nilai 65
ke atas (batas KKM), sedangkan sisanya 16 siswa atau 58.3% mendapat nilai di bawah
65. Indikator lain yang menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa masih
rendah adalah sebagian besar siswa masih grogi sewaktu praktik berbicara di
depan kelas, kelancaran berbicara siswa masih tersendat, bahasa yang digunakan
masih kurang baik dan benar serta jumlah kosa kata yang masih terbatas.
Hasil
dari wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti, ternyata kurangnya
keterampilan berbicara siswa disebabkan saat ini pembelajaran masih menggunakan
pembelajaran konvensional. Pembelajaran
konvensional itu adalah metode ceramah
sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru yang membuat siswa cepat
bosan sehingga pada akhirnya tidak memperhatikan saat pembelajaran berlangsung.
Hal ini berdampak frekuensi latihan berbicara siswa yang kurang serta adanya
keterbatasan masalah yang akan dibicarakan. Siswa sering sekali merasa
kesulitan menemukan tema atau topik sebagai bahan untuk latihan berbicara.
Masalah atau topik yang dibicarakan sering sekali tidak relevan dengan masalah
yang didengar ataupun dilihat siswa. Faktor-faktor tersebut yang akhirnya
membuat siswa lemah dalam hal keterampilan berbicara dan menjadikan siswa
kurang berpikir kritis begitu pula di lingkungan kehidupannya, siswa kurang bisa berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan baik. Akhirnya dampak ini akan meluas yang mengakibatkan
rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pada
keterampilan berbicara.
Dilihat
dari masalah-masalah di atas, dibutuhkan perbaikan dalam pembelajaran berbicara
yang dapat mendorong siswa secara keseluruhan dapat berbicara di depan ataupun
di antara teman-temanya. Salah
satu model pembelajaran yang menunjang siswa untuk meningkatkan keterampilan
berbicara dan membantu siswa menemukan sendiri pengalaman belajarnya adalah
diskusi kelompok model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensil dari materi pelajaran (Nurhadi, 2004: 109).
Model ini merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan
jawaban-jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban
terhadap masalah. Dengan kata lain model ini pada dasarnya melatih kemampuan
memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis (Mudjiman, 2006: 54). Masalah
yang sedang aktual akan mempermudah siswa untuk menemukan tema diskusi, selain
itu diskusi kelompok akan membantu siswa dalam menggali pengetahuan
(intelektualias) dan kemampuan bersosialisasi. Di dalam diskusi akan tercipta
interaksi antarsiswa baik secara intelektual maupun secara sosisal emosional
yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Peran guru disini sebagai penyaji
masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog
(Roestiyah N.K, 2008: 5).
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih dalam dalam penelitian skripsi dengan judul
Peningkatan Keterampilan Berbicara
Melalui Problem Based Learning pada
Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar.
B.
Rumusan Masalah
Mengacu
pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalah sebagai
berikut: Apakah pembelajaran problem
based learning dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V
SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan
keterampilan berbicara melalui pembelajaran problem
based learning pada siswa kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat teoretis
Penelitian ini
diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pembelajaran bahasa yang berkaitan
dengan teori keterampilan berbicara khususnya berdiskusi. Lebih lanjut
dikaitkan dengan metode problem based
learning.
2.
Manfaat praktis
a. bagi
siswa
1.
melalui problem based learning dalam pengajaran keterampilan berbicara
memungkinkan siswa untuk aktif berbicara sehingga kemampuan berbicaranya
menjadi meningkat.
2.
melalui problem based learning dapat meningkatkan interaksi siswa baik
secara intelektual maupun sosial emosional
b. bagi
guru
1.
sebagai acuan pembelajaran berbicara
yang dapat meningkatkan hasil kemampuan berbicara siswa.
2.
Problem
based learning merupakan model yang belum biasa
dilakukan oleh guru sehingga tindakan ini dapat memberikan pengalaman langsung
pada guru yang terlibat
3.
dapat menjadi pendorong bagi guru untuk
menerapkan pendekatan yang lebih inovatif dalam pembelajaran berbicara, maupun
pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain.
c. bagi
sekolah
1.
dapat meningkatkan kualitas keterampilan
berbicara siswanya
2.
dapat meningkatkan kompetensi mengajar
para gurunya.
3.
memberikan masukan pada guru-guru bidang
studi lain untuk menerapkan pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar