Laman

Kamis, 01 Oktober 2015

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar)



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara selalu berkaitan dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana, sedangkan komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.
Menurut St. Y. Slamet (2008: 6) keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan dalam pengajaran berbahasa Indonesia adalah keterampilan reseptif (keterampilan mendengarkan dan membaca) dan keterampilan produktif (keterampilan menulis dan berbicara). Pengajaran bahasa diawali dengan keterampilan reseptif kemudian dilanjutkan secara bertahap meningkat ke keterampilan produktif. Seterusnya, peningkatan keduanya menyatu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.
Keterampilan berbicara di SD standar kompetensinya mempunyai kompetensi dasar antara lain mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dalam bentuk percakapan sederhana, bercerita, bertelepon, berdiskusi, bermain drama sederhana, berbalas pantun, berpidato, melaporkan secara lisan, dan membaca puisi. Hal tersebut tercantum dalam kurikulum satuan pendidikan (KTSP). Salah satu bentuk keterampilan berbicara yang paling efektif adalah diskusi, karena di dalam diskusi akan tercipta interaksi antarsiswa baik secara intelektual maupun secara sosisal emosional. Selain mengantarkan siswa pada tujuan instruksional juga memberikan tujuan iringan tertentu kepada siswa.
Menurut Henry Guntur Tarigan (1993: 3) berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar yang dipelajari. Keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya. Dengan demikian, keterampilan berbicara merupakan dasar bagi anak untuk dapat menguasai keterampilan berbahasa yang lainnya. Untuk itu dalam pembelajaran guru harus mengajarkan keterampilan berbicara secara intensif.
Akan tetapi, selama ini keterampilan berbicara belum mendapat porsi perhatian yang lebih dari guru, sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain (menyimak, membaca, dan menalis) sehingga tidak jarang masih terdapat siswa yang tidak bisa menyampaikan pesan/informasi dalam bahasa lisan secara baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar yang kurang mampu mengekpresikan diri lewat kegiatan berbicara atau dengan kata lain keterampilan berbicara siswa masih rendah. Siswa cenderung lancar berkomunikasi dan mengungkapkan buah pikiran dalam situasi tidak resmi, yaitu di luar sekolah. Namun, ketika diminta bercerita atau berbicara di depan kelas mereka mengalami penurunan kelancaran berkomunikasi. Akibatnya, arah pembicaraan menjadi kurang jelas sehingga inti dari bahasan tidak tersampaikan.
Hal tersebut juga terjadi pada siswa kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 03 Wonorejo, pembelajaran berbicara masih kurang optimal. Hal ini terindikasi dari nilai unjuk kerja siswa dalam keterampilan berbicara atau lisan pada nilai rata-rata ulangan tengah semester pertama, hanya 11 orang siswa atau 40.7% dari 27 siswa yang mendapat nilai 65 ke atas (batas KKM), sedangkan sisanya 16 siswa atau 58.3% mendapat nilai di bawah 65. Indikator lain yang menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa masih rendah adalah sebagian besar siswa masih grogi sewaktu praktik berbicara di depan kelas, kelancaran berbicara siswa masih tersendat, bahasa yang digunakan masih kurang baik dan benar serta jumlah kosa kata yang masih terbatas.
Hasil dari wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti, ternyata kurangnya keterampilan berbicara siswa disebabkan saat ini pembelajaran masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran  konvensional itu adalah metode ceramah  sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru yang membuat siswa cepat bosan sehingga pada akhirnya tidak memperhatikan saat pembelajaran berlangsung. Hal ini berdampak frekuensi latihan berbicara siswa yang kurang serta adanya keterbatasan masalah yang akan dibicarakan. Siswa sering sekali merasa kesulitan menemukan tema atau topik sebagai bahan untuk latihan berbicara. Masalah atau topik yang dibicarakan sering sekali tidak relevan dengan masalah yang didengar ataupun dilihat siswa. Faktor-faktor tersebut yang akhirnya membuat siswa lemah dalam hal keterampilan berbicara dan menjadikan siswa kurang berpikir kritis begitu pula di lingkungan kehidupannya, siswa kurang bisa berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Akhirnya dampak ini akan meluas yang mengakibatkan rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara.
Dilihat dari masalah-masalah di atas, dibutuhkan perbaikan dalam pembelajaran berbicara yang dapat mendorong siswa secara keseluruhan dapat berbicara di depan ataupun di antara teman-temanya. Salah satu model pembelajaran yang menunjang siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan membantu siswa menemukan sendiri pengalaman belajarnya adalah diskusi kelompok model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensil dari materi pelajaran (Nurhadi, 2004: 109). Model ini merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban-jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Dengan kata lain model ini pada dasarnya melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis (Mudjiman, 2006: 54). Masalah yang sedang aktual akan mempermudah siswa untuk menemukan tema diskusi, selain itu diskusi kelompok akan membantu siswa dalam menggali pengetahuan (intelektualias) dan kemampuan bersosialisasi. Di dalam diskusi akan tercipta interaksi antarsiswa baik secara intelektual maupun secara sosisal emosional yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Peran guru disini sebagai penyaji masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog (Roestiyah N.K, 2008: 5).
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam dalam penelitian skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Problem Based Learning pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

B.       Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut: Apakah pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Meningkatkan keterampilan berbicara melalui pembelajaran problem based learning pada siswa kelas V SD Negeri 03 Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.

D.    Manfaat Penelitian
1.        Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pembelajaran bahasa yang berkaitan dengan teori keterampilan berbicara khususnya berdiskusi. Lebih lanjut dikaitkan dengan metode problem based learning.
2.        Manfaat praktis
a.    bagi siswa
1.         melalui problem based learning dalam pengajaran keterampilan berbicara memungkinkan siswa untuk aktif berbicara sehingga kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.
2.         melalui problem based learning dapat meningkatkan interaksi siswa baik secara intelektual maupun sosial emosional
b.    bagi guru
1.         sebagai acuan pembelajaran berbicara yang dapat meningkatkan hasil kemampuan berbicara siswa.
2.         Problem based learning merupakan model yang belum biasa dilakukan oleh guru sehingga tindakan ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru yang terlibat
3.         dapat menjadi pendorong bagi guru untuk menerapkan pendekatan yang lebih inovatif dalam pembelajaran berbicara, maupun pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain.
c.    bagi sekolah
1.         dapat meningkatkan kualitas keterampilan berbicara siswanya
2.         dapat meningkatkan kompetensi mengajar para gurunya.
3.         memberikan masukan pada guru-guru bidang studi lain untuk menerapkan pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar