Laman

Sabtu, 03 Oktober 2015

Tinjauan Tentang Siswa Berkesulitan Belajar



A. 
a.       Pengertian Siswa Berkesulitan Belajar
            Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata, yang juga memilisi sistem sensor yang cukup, dan kesempatan belajar yang lama pula. Berbagai kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, atau aktivitas sehari-hari sepanjang hidup. (Slamet, 2007: 91)
Dalam kegiatan pembelajaran membaca dan menulis terdapat  kemungkinan ada beberapa siswa yang berkesulitan belajar. Siswa yang berkesulitan belajar  harus memperoleh perhatian yang cukup dari para guru dan secepatnya harus segera ditangani. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak terlalu jauh ketinggalan pelajaran.
            Anak berkesulitan belajar merupakan bagian dari anak luar biasa. The National Joit Committee FOR Learning Disabilities (NJCLD) (dalam Abdurrahman, 2003: 7), menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasi dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi matematika.. Gangguan intrinsik tersebut diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya: gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan social dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya: perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
     Yusuf (1997: 7) mendefinisikan anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh adanya disfngsi neorologis, proses psikologis dasar maupun sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah, dan anak tersebut beresiko tinggal kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, atau fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Hal semacam ini terjadi karena masalah atau kesulitan itu tidak pernah menampakkan diri secara langsung.
b.    Macam-macam Kesulitan Belajar
     Kirk dan Chalfant mengklasifikasikan karakteristik kesulitan belajar menjadi dua yaitu kesulitan belajar perkembangan (development mental) dan kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar perkembangan merupakan prasyarat bagi pencapaian hasil belajar pada mata pelajaran akademis seperti attantion, memori, keterampilan perseptual, keterampilan berpikir, keterampilan berbahasa oral. Kesulitan belajar akademik merupakan kesulitan belajar di sekolah dalam memperoleh hasil belajar seperti kesulitan membaca, menulis, mengeja, ucapan, dan berhitung.(Lerner, 1985:26)
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu mengidentifikasi siswa yang berkesulitan belajar dan mencari metode yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang tampak dalam berbagai bentuk yaitu hasil belajar rendah, lambat dalam melakukan tugas belajar, sikap yang tidak wajar dan tingkah laku yang berkelainan. Gejala-gejala itu kadang-kadang menipu yang mengamatinya. Penipuan ini dapat terjadi karena berbagai hal. Ada individu yang tidak mau diketahui bahwa dia sedang menghadapi masalah sehingga kehidupannya selalu menggunakan topeng yang untuk ini kadang siswa menipu dirinya sendiri.
Mengacu pada kenyataan di atas maka untuk mengatasi kesulitan belajar membaca dan menulis permulaan, guru perlu media pembelajaran yang tepat, yaitu media papan lingkaran. Pembelajaran ini akan lebih menyenangkan karena lebih menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang suka bermain. Diharapkan dengan menggunakan media papan lingkaran kesulitan belajar siswa akan dapat diatasi.
c.  Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu factor internal dan factor eksternal  (Muchtar, 2003: 41-45).
1)        Faktor internal, yaitu factor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, diantaranya:
(a)      Kelemahan secara fisik, seperti:
(1)      Adanya suatu susunan syaraf yang tidak berkembang secara sempurna, sehingga sering mengakibatkan terjadinya gangguan emosional.
(2)      Adanya penyakit menahun yang dapat menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.
(b)     Kelemahan-kelemahan secara mental, baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan, seperti:
(1)   Keemahan mental, artinya taraf kecerdasannya memang kurang.
(2)   Kurang bakat dan minat, bimbang, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang semangat, kurang gizi, kurang menguasai keterampilan dan kebiasaan fundamental dalam belajar.
(c)    Kelemahan-kelemahan emosional, seperti:
(1)   Adanya rasa tidak aman.
(2)   Tercekam oleh rasa fobia (takut, benci, dan antipati)
(3)   Ketidakmatangan.
(d)   Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, seperti:
(1)      Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang kegiatan sekolah atau malas belajar.
(2)      Kegagalan dalam usaha memusatkan perhatian.
(3)      Sering bolos dan tidak mengikuti pelajaran.
(4)      Gugup.
(e)    Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti:
(1)      Ketidakmampuan membaca (dysleksia), menulis, berhitung, dan kurang lancar berbicara.
(2)      Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2)    Faktor eksternal, yaitu factor-faktor yang terdapat di luar diri siswa, diantaranya:
(a)  Adanya kurikulum yang seragam, bahan, dan buku-buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan siswa dan perbedaan individual.
(b) Adanya ketidaksesuaian standar administratif, seperti sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan, kegiatan, dan pengalaman pembelajaran.
(c) Adanya beban belajar siswa ynag terlalu berat atau populasi siswa yang ada di dalam kelas terlalu besar.
(d)Terlalu sering pindah sekolah, tinggal kelas, dan sebagainya.
(e) Adanya kelemahan dari system pembelajaran pada tingkat pendidikan sebelumnya.
(f)  Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status social ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman, dan keamanan)
(g) Terlalu banyak kegatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
(h) Kekurangan gizi dan sebagainya.
Senada dengan berbagai factor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa factor penyebab kesulitan belajar ini adalah sebagai berikut:
1)    Faktor intern, yaitu:
(a)    Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau menderita cacat.
(b)   Sebab-sebab kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu factor intelegensi, bakat, minat, motovasi, dan kesehatan mental
2)   Faktor ekstern, yaitu:
(a)      Faktor keluarga
(1)     Cara mendidik anak.
(2)     Hubungan orang tua dengan anak.
(3)     Contoh atau bimbingan dari orang tua.
(4)     Suasana rumah atau keluarga.
(5)     Keadaan ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin) maupun berlebihan (kaya).
(b)   Factor sekolah, yaitu:
(1)   Guru yang tidak berkualitas.
(2)   Hubungan antar guru dan siswa yang kurang baik.
(3)   Guru yang tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
(4)   Kesulitan belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.
(5)   Kurangnya media pembelajaran.
(6)   Gedung sekolah yang kurang memadai.
(7)   Kurikulum yang seragam.
(8)   Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
3)    Factor media massa dan lingkungan social, baik teman bergaul, lingkungan tetangga, maupun aktivitas dalam masyarakat.
d.   Gejala dan Komponen Kesulitan Belajar
              Gejala kesulitan belajar dapat dilihat dari prestasi akademik anak yang di bawah rata-rata dari temannya, atau anak mengalami kesulitan akademik dalam bidang studi tertentu. Selain itu anak akan mengalami kesulitan dalam memasukkan perhatiannya.
              Komponen-komponen kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan anak menurut Lovit (dalam Abdurrahman, 2003: 71) adalah perhatian, ingatan, persepsi, berfikir, dan bahasa.
              Perhatian adalah kemampuan untuk memilih stimuli atau rangsangan dari sekian banyak stimuli supaya anak dapat belajar, dalam hal ini anak dikerumuni oleh banyak stimuli. Jika sedang belajar, anak berkesulitan belajar merespon pada stimuli apa saja yang dihadapinya, anak tidak mampu memilih stimuli yang menunjang belajar. Oleh sebab itu, anak tidak tahan belajar dan tidak dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar.
              Ingatan adalah kemampuan untuk menngkatkan apa yang telah didengar, dilihat, dan dialami sewaktu belajar. Anak berkesulitan belajar biasanya tidak mampu mengingat kembali apa yang dipelajarinya. Anak berkesulitan belajar dengan gangguan persepsi visual mungkin tidak tahu kata-kata yang ditulisnya atau simbol-simbol visual seperti angka, juga tidak ada kesadaran akan objek-objek, keterkaitan objek-objek yang dilihatnya, ketidakmampuan untuk mengerti melalui terjemahan simbol menyebabkan gangguan orientasi kiri-kanan, orientasi spesial belajar, otorik, dan melihat satu objek secara menyeluruh walaupun yang disajikan adalah bagian-bagiannya.
              Kesulitan utama dalam operasi kognitif adalah kelainan dalam berfikir, seperti pemecahan masalah, pembentukan konsep dan asosiasi. Pemecahan masalah membutuhkan kemampuan membuat analisis dan sintesis, yaitu perilaku yang membantu anak mengadakan respon atau beradaptasi dengan situasi baru, pembentukan konsep ini sangat tergantung pada kemampuan anak untuk mengklarifikasi objek dan peristiwa, kelainan dalam berfikir juga berhubungan kemampuan berbahasa lisan.
              Kesulitan berbahasa sangat banyak ditentukan pada anak-anak berkesulitan belajar membaca menulis permulaan di sekolah dasar. Anak tidak dapat berbicara, tidak dapat merespon terhadap suatu perintah atau pernyataan verbal seperti yang dilakukan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar