A.
a.
Pengertian Siswa
Berkesulitan Belajar
Kesulitan belajar
merupakan suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang
memiliki intelegensi rata-rata, yang juga memilisi sistem sensor yang cukup,
dan kesempatan belajar yang lama pula. Berbagai kondisi tersebut dapat
berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, atau aktivitas sehari-hari
sepanjang hidup. (Slamet, 2007: 91)
Dalam kegiatan pembelajaran membaca dan menulis terdapat kemungkinan ada beberapa siswa yang berkesulitan belajar. Siswa yang
berkesulitan belajar harus memperoleh
perhatian yang cukup dari para guru dan secepatnya harus segera ditangani. Hal
tersebut dilakukan agar siswa tidak terlalu jauh ketinggalan pelajaran.
Anak berkesulitan belajar merupakan
bagian dari anak luar biasa. The National
Joit Committee FOR Learning Disabilities (NJCLD) (dalam Abdurrahman, 2003:
7), menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasi dalam bentuk
kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan,
bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau kemampuan dalam bidang studi matematika.. Gangguan intrinsik
tersebut diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun
suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain
yang mengganggu (misalnya: gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan social dan
emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya: perbedaan budaya,
pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik), berbagai hambatan
tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.
Yusuf (1997: 7) mendefinisikan anak
berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh adanya disfngsi neorologis, proses
psikologis dasar maupun sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah, dan
anak tersebut beresiko tinggal kelas.
Berdasarkan beberapa pendapat dapat
disimpulkan bahwa kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam proses
belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar. Hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari
oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, atau
fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Hal semacam ini terjadi karena
masalah atau kesulitan itu tidak pernah menampakkan diri secara langsung.
b. Macam-macam Kesulitan Belajar
Kirk
dan Chalfant mengklasifikasikan karakteristik kesulitan belajar menjadi dua
yaitu kesulitan belajar perkembangan (development mental) dan kesulitan
belajar akademik. Kesulitan belajar perkembangan merupakan prasyarat bagi
pencapaian hasil belajar pada mata pelajaran akademis seperti attantion,
memori, keterampilan perseptual, keterampilan berpikir, keterampilan berbahasa
oral. Kesulitan belajar akademik merupakan kesulitan belajar di sekolah dalam
memperoleh hasil belajar seperti kesulitan membaca, menulis, mengeja, ucapan, dan
berhitung.(Lerner, 1985:26)
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus
mampu mengidentifikasi siswa yang berkesulitan belajar dan mencari metode yang
tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala
yang tampak dalam berbagai bentuk yaitu hasil belajar rendah, lambat dalam
melakukan tugas belajar, sikap yang tidak wajar dan tingkah laku yang
berkelainan. Gejala-gejala itu kadang-kadang menipu yang mengamatinya. Penipuan
ini dapat terjadi karena berbagai hal. Ada individu yang tidak mau diketahui
bahwa dia sedang menghadapi masalah sehingga kehidupannya selalu menggunakan
topeng yang untuk ini kadang siswa menipu dirinya sendiri.
Mengacu pada kenyataan di atas maka untuk
mengatasi kesulitan belajar membaca dan menulis permulaan, guru perlu media
pembelajaran yang tepat, yaitu media papan lingkaran. Pembelajaran ini akan
lebih menyenangkan karena lebih menarik dan sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar yang suka bermain. Diharapkan dengan menggunakan media papan lingkaran
kesulitan belajar siswa akan dapat diatasi.
c.
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari
dua macam, yaitu factor internal dan factor eksternal (Muchtar, 2003: 41-45).
1)
Faktor internal, yaitu factor-faktor yang terdapat
dalam diri siswa, diantaranya:
(a)
Kelemahan secara fisik, seperti:
(1)
Adanya suatu susunan syaraf yang tidak berkembang
secara sempurna, sehingga sering mengakibatkan terjadinya gangguan emosional.
(2)
Adanya penyakit menahun yang dapat menghambat
usaha-usaha belajar secara optimal.
(b) Kelemahan-kelemahan
secara mental, baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman
yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan, seperti:
(1) Keemahan
mental, artinya taraf kecerdasannya memang kurang.
(2) Kurang
bakat dan minat, bimbang, kurang usaha, aktivitas yang tidak terarah, kurang
semangat, kurang gizi, kurang menguasai keterampilan dan kebiasaan fundamental
dalam belajar.
(c) Kelemahan-kelemahan
emosional, seperti:
(1) Adanya
rasa tidak aman.
(2) Tercekam
oleh rasa fobia (takut, benci, dan antipati)
(3) Ketidakmatangan.
(d) Kelemahan
yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, seperti:
(1)
Banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak
menunjang kegiatan sekolah atau malas belajar.
(2)
Kegagalan dalam usaha memusatkan perhatian.
(3)
Sering bolos dan tidak mengikuti pelajaran.
(4)
Gugup.
(e) Tidak
memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti:
(1)
Ketidakmampuan membaca (dysleksia), menulis, berhitung, dan kurang lancar berbicara.
(2)
Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2) Faktor eksternal, yaitu factor-faktor yang
terdapat di luar diri siswa, diantaranya:
(a) Adanya kurikulum yang seragam, bahan, dan
buku-buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan siswa dan
perbedaan individual.
(b) Adanya
ketidaksesuaian standar administratif, seperti sistem pengajaran, penilaian,
pengelolaan, kegiatan, dan pengalaman pembelajaran.
(c) Adanya
beban belajar siswa ynag terlalu berat atau populasi siswa yang ada di dalam
kelas terlalu besar.
(d)Terlalu sering pindah sekolah, tinggal kelas, dan
sebagainya.
(e) Adanya
kelemahan dari system pembelajaran pada tingkat pendidikan sebelumnya.
(f) Kelemahan
yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status social ekonomi, keutuhan
keluarga, ketentraman, dan keamanan)
(g) Terlalu
banyak kegatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
(h) Kekurangan
gizi dan sebagainya.
Senada
dengan berbagai factor penyebab kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa
factor penyebab kesulitan belajar ini adalah sebagai berikut:
1) Faktor intern, yaitu:
(a) Sebab-sebab
kesulitan belajar yang bersifat fisik, yaitu karena sakit atau menderita cacat.
(b) Sebab-sebab
kesulitan belajar yang bersifat psikis, yaitu factor intelegensi, bakat, minat,
motovasi, dan kesehatan mental
2) Faktor
ekstern, yaitu:
(a)
Faktor keluarga
(1) Cara
mendidik anak.
(2) Hubungan
orang tua dengan anak.
(3) Contoh
atau bimbingan dari orang tua.
(4) Suasana
rumah atau keluarga.
(5) Keadaan
ekonomi keluarga, baik keadaan ekonomi yang kurang (miskin) maupun berlebihan
(kaya).
(b) Factor
sekolah, yaitu:
(1) Guru
yang tidak berkualitas.
(2) Hubungan
antar guru dan siswa yang kurang baik.
(3) Guru
yang tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
(4) Kesulitan
belajar yang ditimbulkan oleh metode mengajar guru.
(5) Kurangnya
media pembelajaran.
(6) Gedung
sekolah yang kurang memadai.
(7) Kurikulum
yang seragam.
(8) Waktu
sekolah dan disiplin yang kurang.
3) Factor media massa dan lingkungan social, baik
teman bergaul, lingkungan tetangga, maupun aktivitas dalam masyarakat.
d. Gejala dan Komponen Kesulitan Belajar
Gejala kesulitan belajar dapat
dilihat dari prestasi akademik anak yang di bawah rata-rata dari temannya, atau
anak mengalami kesulitan akademik dalam bidang studi tertentu. Selain itu anak
akan mengalami kesulitan dalam memasukkan perhatiannya.
Komponen-komponen kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan anak menurut Lovit (dalam Abdurrahman,
2003: 71) adalah perhatian, ingatan, persepsi, berfikir, dan bahasa.
Perhatian adalah kemampuan untuk
memilih stimuli atau rangsangan dari sekian banyak stimuli supaya anak dapat
belajar, dalam hal ini anak dikerumuni oleh banyak stimuli. Jika sedang
belajar, anak berkesulitan belajar merespon pada stimuli apa saja yang
dihadapinya, anak tidak mampu memilih stimuli yang menunjang belajar. Oleh
sebab itu, anak tidak tahan belajar dan tidak dapat memusatkan perhatiannya
dalam belajar.
Ingatan adalah kemampuan untuk
menngkatkan apa yang telah didengar, dilihat, dan dialami sewaktu belajar. Anak
berkesulitan belajar biasanya tidak mampu mengingat kembali apa yang
dipelajarinya. Anak berkesulitan belajar dengan gangguan persepsi visual
mungkin tidak tahu kata-kata yang ditulisnya atau simbol-simbol visual seperti
angka, juga tidak ada kesadaran akan objek-objek, keterkaitan objek-objek yang
dilihatnya, ketidakmampuan untuk mengerti melalui terjemahan simbol menyebabkan
gangguan orientasi kiri-kanan, orientasi spesial belajar, otorik, dan melihat satu
objek secara menyeluruh walaupun yang disajikan adalah bagian-bagiannya.
Kesulitan utama dalam operasi
kognitif adalah kelainan dalam berfikir, seperti pemecahan masalah, pembentukan
konsep dan asosiasi. Pemecahan masalah membutuhkan kemampuan membuat analisis
dan sintesis, yaitu perilaku yang membantu anak mengadakan respon atau
beradaptasi dengan situasi baru, pembentukan konsep ini sangat tergantung pada
kemampuan anak untuk mengklarifikasi objek dan peristiwa, kelainan dalam
berfikir juga berhubungan kemampuan berbahasa lisan.
Kesulitan berbahasa sangat banyak
ditentukan pada anak-anak berkesulitan belajar membaca menulis permulaan di
sekolah dasar. Anak tidak dapat berbicara, tidak dapat merespon terhadap suatu
perintah atau pernyataan verbal seperti yang dilakukan anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar