Peran
guru akhir-akhir ini menjadi sorotan. Bukan hanya persoalan mutu kompetensi,
Melainkan juga pengaruh guru terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena itu,
guru harus berani melakukan perubahan secara radikal terutama paradigma
berfikir dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Gaya pembelajaran klasikal
dengan ceramah yang monoton, mengajar tidak berdasarkan kebutuhan, dan dating
hanya member tugas tanpa dikoreksi hasilnya, tidak akan membawanya menjadi guru
yang “diterima” siswa. Berikut ini beberapa kiat menjadi guru yang “diterima”
siswa.
1. Guru
harus memiliki pola pikir bahwa membina hubungan baik dengan siswa adalah lebih
penting daripada menjaga kewibawaan melalui menarik jarak dengan siswa.
2. Guru
harus mengenali daya serap atau kompetensi setiap siswanya secara individual.
Pada dasarnya, siswa belajar untuk mencapai tingkat pengetahuan dan kompetensi
yang telah ditetapkan. Jika siswa mengalami kesulitan dalam mencapai tingkat
kompetensi itu, guru harus membantu untuk menemukan solusinya.
3. Guru
harus mengoptimalkan “energi”, optimisme, dan kebermaknaan dalam menjalankan
profesinya, guru yang demikian tentu dapat mengajar siswa dengan antusiasme
tinggi dalam setiap pertemuan, tanpa mencampuradukkan antara persoalan pribadi
dan tugas profesionalnya.
4. Guru
harus selalu memikirkan kepentingan dan kemajuan siswa dalam belajar. “Eat, sleep, and dream all about my
students”, itulah prinsip yang dimiliki. Pengabdian guru tidak hanya pada
kewajiban beban mengajar saat di sekolah, melainkan di mana pun dia berada.
5. Guru
harus berani merefleksi dan instopeksi diri untuk melihat setiap perbedaan dan
perubahan dari sasaran yang ingin dicapainya.
6. Guru
tidak hanya sekedar bisa menyususn RPP dalam merencanakan kegiatan belajar,
melainkan juga harus mampu berimajinasi menciptakan pembelajaran yang dapat
membuat siswa aktif, inovatif, terlibat, dan pada akhirnya memberikan
pengalaman belajar yang menyenangkan.
7. Guru
harus menciptakan iklim kompetisi yang sehat berbasis kinerja di sekolah tempat
siswa belajar, sehingga seluruh siswa akan berlomba untuk mencetak prestasi dan
menjadi yang tebaik.
8.
Guru harus membuang wajah “angker”.
Caranya, tersenyumlah, jika guru ingin mendapatkan balasan senyuman dari siswa.
Tularkan semangat dan antusiasme melalui senyuman. Buatlah hidup hari ini lebih
indah dan lingkungan sekitar lebih damai karena senyuman guru.
9.
Guru harus mau mendengarkan, memahami
masalah sebenarnya. Caranya mulailah dengan menjadi pendengar yang baik,
menyimak perkataan dan penjelasan siswa. Ini akan menghindarkan guru dari
kondisi salah memutuskan atau salah sasaran.
10. Guru
peka dalam merespon siswa. Caranya, sampaikan maksud dengan gaya bicara yang
memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa. Niscaya siswa tidak bosan
mengikutinya atau berkeinginan menghindari guru saat akan bertemu.
11. Guru
tidak boleh menjelek-jelekkan siswa atau guru lain. Caranya, instropeksi bahwa
apapun yang dikatakan guru adalah cerminan suasana hati guru sekaligus akan
berbalik kepada diri sendiri. Deskripsi sifat negative orang lain mencerminkan
deskripsi dari sifat yang dimiliki guru.
12. Guru
tidak bisa memaksakan kehendak untuk mendapat rasa hormat siswa hanya berbekal
status yang diembannya. Saat ini rasa hormat orang lain tidak dapat diminta.
Seorang guru yang ingin mendapatkan rasa hormat dari siswanya harus memiliki
kualitas kepribadian yang memadai terutama memberikan pengalaman bermakna saat
berinteraksi dengan guru yang bersangkutan.
13. Guru
melaksanakan pengajaran berbasis empati, seorang guru dapat menarik perhatian,
memotivasi, menumbuhkan keyakinan, dan menginspirasi siswa untuk meningkatkan
prestasi belajarnya. Kekuatan empati berdampak sangat besar bagi motivasi siswa
dan dapat dilihat pada perubahan perilaku, baik di rumah maupun di sekolah.
Pada saat dan seusai belajar siswa bisa merasakan dan melihat besarnya
perhatian guru terhadap kepentingan terbaik dirinya. Siswa seakan mendapat
sugesti, kontak batin, kepercayaan, kesetiaan dan kasih yang tulus atas
kebutuhan belajarnya sehingga mereka lebih bersemangat belajar bersama guru.
Melalui empati dan kasih sayang seorang guru, siswa kan jauh lebih optimis berjuang untuk masa depan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar