Laman

Kamis, 23 Juni 2016

KIAT MENJADI GURU YANG “DITERIMA” SISWA


 
Peran guru akhir-akhir ini menjadi sorotan. Bukan hanya persoalan mutu kompetensi, Melainkan juga pengaruh guru terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus berani melakukan perubahan secara radikal terutama paradigma berfikir dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Gaya pembelajaran klasikal dengan ceramah yang monoton, mengajar tidak berdasarkan kebutuhan, dan dating hanya member tugas tanpa dikoreksi hasilnya, tidak akan membawanya menjadi guru yang “diterima” siswa. Berikut ini beberapa kiat menjadi guru yang “diterima” siswa.
1.      Guru harus memiliki pola pikir bahwa membina hubungan baik dengan siswa adalah lebih penting daripada menjaga kewibawaan melalui menarik jarak dengan siswa.
2.      Guru harus mengenali daya serap atau kompetensi setiap siswanya secara individual. Pada dasarnya, siswa belajar untuk mencapai tingkat pengetahuan dan kompetensi yang telah ditetapkan. Jika siswa mengalami kesulitan dalam mencapai tingkat kompetensi itu, guru harus membantu untuk menemukan solusinya.
3.      Guru harus mengoptimalkan “energi”, optimisme, dan kebermaknaan dalam menjalankan profesinya, guru yang demikian tentu dapat mengajar siswa dengan antusiasme tinggi dalam setiap pertemuan, tanpa mencampuradukkan antara persoalan pribadi dan tugas profesionalnya.
4.      Guru harus selalu memikirkan kepentingan dan kemajuan siswa dalam belajar. “Eat, sleep, and dream all about my students”, itulah prinsip yang dimiliki. Pengabdian guru tidak hanya pada kewajiban beban mengajar saat di sekolah, melainkan di mana pun dia berada.
5.      Guru harus berani merefleksi dan instopeksi diri untuk melihat setiap perbedaan dan perubahan dari sasaran yang ingin dicapainya.
6.      Guru tidak hanya sekedar bisa menyususn RPP dalam merencanakan kegiatan belajar, melainkan juga harus mampu berimajinasi menciptakan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, inovatif, terlibat, dan pada akhirnya memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan.
7.      Guru harus menciptakan iklim kompetisi yang sehat berbasis kinerja di sekolah tempat siswa belajar, sehingga seluruh siswa akan berlomba untuk mencetak prestasi dan menjadi yang tebaik.
8.      Guru harus membuang wajah “angker”. Caranya, tersenyumlah, jika guru ingin mendapatkan balasan senyuman dari siswa. Tularkan semangat dan antusiasme melalui senyuman. Buatlah hidup hari ini lebih indah dan lingkungan sekitar lebih damai karena senyuman guru.
9.      Guru harus mau mendengarkan, memahami masalah sebenarnya. Caranya mulailah dengan menjadi pendengar yang baik, menyimak perkataan dan penjelasan siswa. Ini akan menghindarkan guru dari kondisi salah memutuskan atau salah sasaran.
10.  Guru peka dalam merespon siswa. Caranya, sampaikan maksud dengan gaya bicara yang memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa. Niscaya siswa tidak bosan mengikutinya atau berkeinginan menghindari guru saat akan bertemu.
11.  Guru tidak boleh menjelek-jelekkan siswa atau guru lain. Caranya, instropeksi bahwa apapun yang dikatakan guru adalah cerminan suasana hati guru sekaligus akan berbalik kepada diri sendiri. Deskripsi sifat negative orang lain mencerminkan deskripsi dari sifat yang dimiliki guru.
12.  Guru tidak bisa memaksakan kehendak untuk mendapat rasa hormat siswa hanya berbekal status yang diembannya. Saat ini rasa hormat orang lain tidak dapat diminta. Seorang guru yang ingin mendapatkan rasa hormat dari siswanya harus memiliki kualitas kepribadian yang memadai terutama memberikan pengalaman bermakna saat berinteraksi dengan guru yang bersangkutan.
13.  Guru melaksanakan pengajaran berbasis empati, seorang guru dapat menarik perhatian, memotivasi, menumbuhkan keyakinan, dan menginspirasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Kekuatan empati berdampak sangat besar bagi motivasi siswa dan dapat dilihat pada perubahan perilaku, baik di rumah maupun di sekolah. Pada saat dan seusai belajar siswa bisa merasakan dan melihat besarnya perhatian guru terhadap kepentingan terbaik dirinya. Siswa seakan mendapat sugesti, kontak batin, kepercayaan, kesetiaan dan kasih yang tulus atas kebutuhan belajarnya sehingga mereka lebih bersemangat belajar bersama guru. Melalui empati dan kasih sayang seorang guru, siswa kan jauh lebih optimis berjuang untuk masa depan lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar